KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

KONFLIK DAN INTEGRASI

PENDAHULUAN
Konflik adalah proses sosial diantara dua orang atau lebih (kelompok) yang salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan (membuat tidak berdaya). Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan individu dalam suatu interaksi, misalnya menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat, keyakinan dan sebagainya. Konflik adalah situasi wajar dalam setiap masyarakat dan akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi, sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
DEFINISI KONFLIK
Menurut Taquiri
Konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Menurut Gibson
Hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
Menurut Robbin
Keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Muchlas
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
Menurut Minnery
Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Robbins
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif.
Pace & Faules
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.
Folger & Poole
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi.
Myers, Kreps dan, Stewart
Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap pihak yang terlibat
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
Pandangan tradisional (The Traditional View)
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View)
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
Pandangan interaksionis (The Interactionist View)
Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Konflik Menurut Stoner dan Freeman
Stoner dan Freeman(1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
Pandangan Tradisional
Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
Pandangan Modern
Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
Konflik Menurut Myers
Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)
Pandangan Tradisional
Konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
Pandangan Kontemporer
Konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Konflik Menurut Peneliti Lainnya
Myyers Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik (1982: 234).
Stewart dan Logan
Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan. Konflik tidak selalu diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui kata – kata yang mengandung amarah.Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu–waktu terjadi kembali.
TEORI KONFLIK CLIFOORD GERRTZ
Primordialisme
Konflik politik disebabkan oleh ikatan primordialisme yang mengalami percampuradukan antara kesetiaan politik dan kesetiaan primordial.Solidaritas kelompok sangat mempengaruhi konflik politik dapat berkembang. Sumber solidaritas kelompok adalah ikatan ikatan primordial yang menjadi perekat kelompok primordial yang bersangkutan. Ikatan primordial inilah yang melahirkan sentimen primordial dan kesetiaan primordial
TEORI KONFLIK KARL MARX
Pertentangan kelas
Sejarah berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah pertentangan kelas. Kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional. Hasil dari pergerakan ini  yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis.
TEORI KONFLIK JAMES SCOTT
Patron klien
Sekelompok informal figur yang berkuasa dan memiliki posisi memberikan rasa aman, pengaruh atau keduanya. Sebagai imbalan, pengikutnya memberikan loyalitas dan bantuan pribadi kepada patronnya.
TEORI KONFLIK DAHRENDORF
Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan Kontrol sarana-sarana berada dalam satu individu-individu yang sama. Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana-sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat  industri semenjak abad kesembilan belas. Perubahan perubahan yang terjadi melahirkan kelas kelas masyarakat yang lebih bervariatif, tidak saja antara borjuis (pemilik modal) dan proletar (pekerja).
Situasi masyarakat terjadi perubahan yang kemudian melahirkan:
Dekomposisi  modal
Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi-korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal.
Dekomposisi  Tenaga Kerja
Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai-pegawai untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik.
Timbulnya Kelas Menengah Baru
Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah.
TEORI KONFLIK LEWIS COSER
Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
Konflik Realistis
Berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari
perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan.
Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
Konflik Non-Realistis
Konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain-lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
JENIS KONFLIK MENURUT DAHRENDORF
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Konflik antar atau tidak antar agama
Konflik antar politik.
AKIBAT KONFLIK
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
2. Keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
3. Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
4. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
CONTOH KONFLIK
Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
STRATEGI PENANGANAN KONFLIK
MENGHINDAR
Memungkinkan pihak pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.
MENGAKOMODASI
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk membuat keputusan.
KOMPETISI
Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan alasan keamanan
KOMPROMI ATAU NEGOSIASI
Kedua belah pihak memberikan atau menawarkan sesuatu, pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
MEMECAHKAN MASALAH ATAU KOLABORASI
Pemecahan masalah, sama sama menang biasanya membutuhkan adanya suatu komitmen dari semua pihak yang terlibat, untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
DEFINISI
Integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Dua Pengertian Integrasi
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. 2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
KEBUTUHAN INTEGRASI SOSIAL
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
TEORI FUNGSIONALISME
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai  kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
TEORI KONFLIK
Penganut teori konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
BENTUK INTEGRASI SOSIAL
1. Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli.
2. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.
FAKTOR PENDORONG INTEGRASI SOSIAL
Faktor Internal :
1. Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
2. Tuntutan kebutuhan
3. Jiwa dan semangat gotong royong
Faktor External :
1. Tuntutan perkembangan zaman
2. Persamaan kebudayaan
3. Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
4. Persaman visi, misi, dan tujuan
5. Sikap toleransi
6. Adanya kosensus nilai
7. Adanya tantangan dari luar
SYARAT BERHASILNYA INTEGRASI SOSIAL
1. Untuk meningkatkan Integrasi Sosial, Maka pada diri masing-masing harus mengendalikan perbedaan/konflik yang ada pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat merasa saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang lainnya.

STRUKTUR SOSIAL

STRUKTUR SOSIAL

PENGERTIAN
Dalam antropologi, konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Sedangkan dalam ilmu sosiologi, struktur sosial digunakan untuk menjelaskan keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama.
DEFINISI
Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antarposisi sosial dan antarperan.
Hendropuspito
Hendropuspito (1989) dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilai-nilai sosiobudaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing.
Kesimpulan
Pada dasarnya struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Secara umum wujud konkret struktur sosial masyarakat tampak jelas dalam sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial yang berlaku dalam sebuah masyarakat.
CIRI CIRI STRUKTUR SOSIAL
1. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok dapat memberikan bentuk dasar pada masyarakat.
2. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu.
3. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut pandang teoretis.
4. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis.
5. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat.
DIFERENSIASI SOSIAL
Di sekitar kita akan menemukan banyak perbedaan mulai agama, jenis kelamin, ras, dan lain-lain.
Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan pemisahan atau pembagian dalam suatu masyarakat yang disebut diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan.
CIRI DASAR DIFERENSIASI SOSIAL
Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.
Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda.Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise, dan kekuasaan. Contoh: pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.
BENTUK BENTUK DIFERENSIASI SOSIAL
Bentuk-bentuk diferensiasi sosial antara lain, diferensiasi ras, agama, etnis, profesi, jenis kelamin, dan asal daerah.
DIFERENSIASI RAS
Ras (KBBI: 2001) adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya bukan budayanya. Misalkan, bentuk muka, bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Pada dasarnya ciri fisik manusia dikelompokkan atas tiga golongan yaitu ciri fenotipe, ciri filogenetik, dan ciri genetik.
Ciri fenotipe ras
Ciri fenotipe merupakan ciri-ciri yang tampak. Ciri fenotipe terdiri atas ciri kualitatif dan kuantitatif. Ciri kualitatif antara lain warna kulit, warna rambut, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk dagu,dan bentuk bibir. Sementara itu, ciri kuantitatif antara lain tinggi badan, gerak badan, dan ukuran bentuk kepala.
Ciri filogenetik ras
Ciri filogenetik, yaitu hubungan asal usul antara ras-ras dan perkembangan.
Ciri genetik ras
Sedangkan ciri genetik yaitu ciri yang didasarkan pada keturunan darah.
RAS MENURUT A.L. KROEBER
Ras di dunia diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras yaitu:
Australoid
yaitu penduduk asli Australia (Aborigin).
Mongoloid
yaitu penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, meliputi:
1. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur)
2. Malayan Mongoloid Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan);
3. American Mongoloid (penduduk asli Amerika).
Kaukasoid
yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain:
a) Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik);
b) Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur);
c) Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran);
d) Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka).
Negroid
yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, antara lain:
a) African Negroid (Benua Afrika);
b) Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang, Filipina);
c) Melanesian (Irian dan Melanesia).
Ras-ras khusus
yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, antara lain:
a) Bushman  (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan);
b) Veddoid (Penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka dan Sulawesi Selatan);
c) Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia); serta
d) Ainu (Penduduk di daerah Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
RAS MENURUT RALPH LINTON
Mengklasifikasikan tiga ras utama dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid.
Mongoloid
Mongoloid dengan ciri-ciri kulit sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia
terdiri atas subras Tionghoa (terdiri atas Jepang, Taiwan, dan Vietnam) serta subras Melayu. Subras Melayu terdiri atas Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika.
Kaukasoid
Kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai cokelat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri atas subras Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid, dan India.
Negroid
Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, dan kelopak mata lurus. Ras ini dibagi menjadi subras Negrito, Nilitz, Negara Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman.
RAS DI INDONESIA
Pada dasarnya, Indonesia didiami oleh bermacam-macam subras sebagai berikut.
1) Negrito, yaitu suku bangsa Semang di Semenanjung Malaya dan sekitarnya.
2) Veddoid, yaitu suku Sakai di Riau, Kubu di Sumatra Selatan, Toala dan Tomuna di Sulawesi.
3) Neo-Melanosoid, yaitu penduduk Kepulauan Kei dan Aru.
4) Melayu yang terdiri atas:
a) Melayu tua (Proto Melayu), yaitu orang Batak, Toraja, danDayak.
b) Melayu Muda (Deutro Melayu), yaitu orang Aceh, Minang, Bugis/Makassar, Jawa, Sunda.
DIFERENSIASI SUKU BANGSA (ETNIS)
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya. Ciri-ciri yang paling mendasar tersebut, antara lain kesamaan dalam hal ciri fisik, bahasa daerah, kesenian, dan adat istiadat.
Bagaimana dengan Indonesia? Secara garis besar suku bangsa masyarakat Indonesia diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Suku masyarakat Pulau Sumatra antara lain Aceh, Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Melayu, dan sebagainya.
2) Suku masyarakat Pulau Jawa antara lain Sunda, Jawa, Tengger, dan sebagainya.
3) Suku masyarakat Pulau Kalimantan antara lain Dayak, Banjar, dan sebagainya.
4) Suku masyarakat Pulau Sulawesi antara lain Bugis, Makassar, Toraja, Minahasa, Toli-Toli, Bolang-
Mongondow, dan Gorontalo.
5) Suku masyarakat di Kepulauan Nusa Tenggara antara lain Bali, Bima, Lombok, Flores, Timur, dan
Rote.
6) Suku masyarakat di Kepulauan Maluku dan Irian antara lain Ternate, Tidore, Dani, dan Asmat.
DASAR PERSAMAAN ANEKA SUKU BANGSA DI INDONESIA
1. Persamaan kehidupan sosialnya yang berdasarkan atas asas kekeluargaan
2. Persamaan atas asas-asas yang sama atas hak milik atas tanah
3. Persamaan atas asas-asas yang sama dalam bentuk persekutuan masyarakat, dan asas-asas persamaan dalam hukum adat.
DIFERENSIASI KLAN
Klan (clan) adalah suatu kesatuan atau kelompok kekerabatan yang didasarkan atas hubungan keturunan atau hubungan darah (genealogis) yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan kekerabatan merupakan kesatuan sosial yang orang-orangnya atau anggota-anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah. Seseorang dapat kita anggap sebagai kerabat kita, jika orang tersebut mempunyai hubungan darah atau seketurunan dengan kita, walaupun kita tidak pernah
saling bertemu dengan orang tersebut.
Sistem Kekerabatan Patrilineal
Klan patrilineal, saudara perempuan ayah dan saudara laki-laki ayah termasuk dalam satu klan. Sedangkan anak dari saudara perempuan ego tidak termasuk anggota klan. Masyarakat yang menganut sistem patrilineal antara lain Batak, Mentawai, dan Gayo.
Sistem Kekerabatan Matrilineal
Sementara dalam klan matrilineal, saudara laki-laki ibu, saudara perempuan ibu, saudara laki-laki ego, dan saudara perempuan ego termasuk anggota satu klan. Tetapi anak dari saudara laki-laki ibu dan anak dari saudara laki-laki ego tidak termasuk anggota satu klan. Masyarakat yang menganut sistem
matrilineal antara lain Minangkabau dan Enggano.
DIFERENSIASI AGAMA
Agama merupakan masalah esensial bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan menyangkut keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama mengikat pemeluknya secara
moral. Keyakinan itu membentuk golongan masyarakat moral atau yang disebut umat. Menurut Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang
berhubungan dengan hal-hal suci.Diferensiasi agama merupakan penggolongan masyarakat
berdasarkan agama atau kepercayaan. Di Indonesia dikenal agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Selain itu, berkembang pula agama atau kepercayaan lain seperti Konghucu, aliran kepercayaan, dan kepercayaan-kepercayaan lainnya. Penggolongan tersebut bersifat horizontal dan bukan berdasarkan tingkatan atau pelapisan sehingga dalam diferensiasi sosial agama tidak ada status yang lebih tinggi atau rendah karena pada dasarnya setiap agama memiliki status yang sama.
KOMPONEN UNSUR UNSUR KEAGAMAAN
Komponen-komponen tersebut antara lain emosi keagamaan, sistem keyakinan, upacara keagamaan, tempat ibadah dan umat.
1) Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
2) Sistem keyakinan, yaitu bentuk pikiran atau gagasan manusia seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa dan sebagainya.
3) Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, dewa-dewa, dan roh nenek moyang.
4) Tempat ibadah seperti masjid, gereja, pura, wihara, kuil, dan kelenteng.
5) Umat, yaitu anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
DIFERENSIASI PROFESI (PEKERJAAN)
Diferensiasi profesi merupakan penggolongan anggota masyarakat berdasarkan jenis pekerjaan yang dimiliki. Berdasarkan penggolongan inilah kita mengenal kelompok masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh, pegawai negeri, tentara, dan sebagainya. Perbedaan profesi biasanya akan membawa pengaruh terhadap perilaku sosial seseorang di lingkungannya. Contoh, perilaku seorang dokter tentunya berbeda dengan perilaku seorang tukang becak ketika keduanya melakukan pekerjaan.
DIFERENSIASI JENIS KELAMIN
Jenis kelamin merupakan kategori dalam masyarakat yang berdasarkan pada perbedaan seks atau jenis kelamin (perbedaan biologis). Pada dasarnya kedudukan laki-laki dan perempuan sama,
karena mempunyai kesempatan, status, dan peran sosial yang sama. Namun, di beberapa daerah tertentu status laki-laki dianggap lebih tinggi daripada perempuan atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan fisik dan sosialisasi nilai dan norma yang membedakan mereka. Akan tetapi, perbedaan tersebut bersifat horizontal bukan pada tingkatan-tingkatan dalam masyarakat.
DIFERENSIASI ASAL DAERAH
Diferensiasi asal daerah merupakan pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, desa atau kota.
Masyarakat Desa
Masyarakat desa adalah kelompok orang yang tinggal di pedesaan atau berasal dari desa.
Masyarakat Kota
Sedangkan masyarakat kota adalah kelompok orang yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Perbedaan masyarakat desa dan masyarakat kota tampak jelas dalam perilaku, tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, cara berinteraksi, dan lain-lain.
STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial adalah pengelompokkan penduduk secara vertikal, berdasarkan ukuran tinggi rendah posisi sosial atau status sosial. Ada sebuah cerita dari daerah Dahomey, daerah di sekitar Gurun Sahara, Afrika pada abad XVIII. Penguasa atau raja Dahomey sangat didewakan dan dimuliakan. Para menteri diharuskan menyembah-nyembah jika raja tersebut sedang lewat. Seluruh kekayaan kerajaan menjadi milik raja. Raja berhak menikahi semua wanita yang ia inginkan. Bahkan, raja berkuasa atas hidup mati seseorang. Jika ada seseorang yang menentang raja, maka orang tersebut akan dihukum mati. Dari cerita tersebut tampak adanya tingkatan-tingkatan sosial. Seorang raja memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibanding dengan menteri dan rakyatnya, karena ia memiliki kuasa atas mereka.
Sedangkan seorang menteri dan rakyat mempunyai tingkatan yang rendah. Mengapa harus demikian? Karena itulah, sistem masyarakat yang berlaku. Dalam sosiologi, sistem ini dinamakan sistem stratifikasi sosial. Untuk lebih jelasnya simak dan perhatikan materi di bawah ini.
GAMBARAN STRATIFIKASI SOSIAL
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status dan kedudukan. Status dan kedudukan ini mendorong munculnya perbedaan sikap seseorang terhadap orang lain. Dalam masyarakat orang memiliki harta berlimpah lebih dihargai daripada orang miskin. Demikian pula, orang yang lebih berpendidikan lebih dihormati daripada orang yang kurang berpendidikan. Atas dasar itulah, masyarakat dikelompokkan secara vertikal atau bertingkat-tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya masing-masing. Pada dasarnya penggolongan masyarakat ini, telah dikenal sejak zaman dahulu. Bahkan seorang ahli filsafat dari Yunani, yaitu Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Menurut Aristoteles orang-orang kaya ditempatkan dalam lapisan atas, sedangkan orang-orang melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan dalam lapisan masyarakat menengah.
DEFINISI STRATIFIKASI SOSIAL (PELAPISAN SOSIAL)
Dalam sosiologi, lapisan-lapisan ini dinamakan lapisan sosial atau stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial
berasal dari bahasa Latin ”stratum” (tunggal) atau ”strate” jamak) yang berarti berlapis-lapis.
Pitirim A. Sorokin
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis.
Hendropuspito
Stratifikasi sosial adalah tatanan vertikal berbagai lapisan sosial berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan.
Max Weber
Stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege, dan prestise.
Cuber
Stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.
P.J. Bouman
Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu. Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal
tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota masyarakat yang berada di kelas rendah. Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di mana pun, pelapisan sosial selalu ada.
Selo Soemardjan dan  Soelaiman Soemardi(1974)
Menyebutkan bahwa selama dalam masyarakat  ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antarwarga masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam masyarakat di antaranya ada kelas sosial tinggi, sedang, dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, apabila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
PROSES TERBENTUKNYA PELAPISAN SOSIAL
Stratifikasi sosial terbentuk sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam organisasi sosial. Selain itu, adanya sesuatu yang dihargai seperti kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat mendorong munculnya stratifikasi sosial.
Terjadi secara Otomatis atau Alamiah
Stratifikasi sosial dapat terjadi secara alamiah, dengan sendirinya dan otomatis bersamaan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Biasanya proses ini terjadi karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahirnya. Contoh: kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
Terjadi karena Bentukan untuk Mencapai Tujuan Bersama
Stratifikasi ini biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan angkatan bersenjata. Dalam stratifikasi ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti upacara pelantikan, pemberian tanda/lambang kedudukan, pemberian wewenang, dan lain-lain.
DASAR STRATIFIKASI SOSIAL
Ukuran Kekayaan
Kekayaan atau materi dapat dijadikan sebagai ukuran penempatan status seseorang dalam lapisan masyarakat. Oleh karenanya, orang yang memiliki harta benda berlimpah (kaya) akan lebih dihormati dan dihargai daripada orang miskin. Ukuran kekayaan ini dapat dilihat dari bentuk rumah modern, jenis pakaian yang dipakai, pemilikan sarana komunikasi dan transportasi, serta kebiasaan mengonsumsi barang-barang mewah.
Ukuran Kekuasaan
Kekuasaan dipengaruhi oleh kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat. Seorang yang memiliki kekuasaan dan wewenang besar akan menempati lapisan sosial atas, sebaliknya orang yang tidak mempunyai kekuasaan berada di lapisan bawah. Contoh: pimpinan perusahaan dengan karyawannya.
Ukuran Keturunan
Ukuran keturunan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan. Dalam hal ini keturunan berdasarkan golongan kebangsawanan atau kehormatan. Contoh: gelar Andi di masyarakat Bugis, Raden di masyarakat Jawa, dan Tengku di masyarakat Aceh. Kesemua gelar ini diperoleh berdasarkan kelahiran atau keturunan.
Ukuran Kepandaian atau Ilmu Pengetahuan
Kepandaian serta kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dapat pula menjadi dasar dalam
pelapisan sosial. Seseorang yang berpendidikan tinggi atau bergelar sarjana tentunya mempunyai status yang lebih tinggi. Sebagaimana orang yang menguasai ilmu pengetahuan akan menempati posisi yang paling tinggi dalam sistem pelapisan masyarakat. Contoh: profesor, doktor, dan lain-
lain.
Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dalam sistem pelapisan sosial masyarakat. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional. Biasanya dalam masyarakat tradisional sangat menghormati orang-orang yang memiliki jasa yang banyak kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
SIFAT SISTEM STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi sosial tertutup dalam masyarakat dapat digambarkan seperti pada gambar di samping. Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Satu-satunya jalan untuk masuk dalam stratifikasi ini melalui kelahiran atau keturunan. Wujud nyata dari stratifikasi ini adalah sistem kasta di Bali. Kaum Sudra tidak dapat pindah posisi ke lapisan Brahmana. Atau masyarakat rasialis, kulit hitam (Negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi sosial terbuka bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horizontal. Pada umumnya, sistem pelapisan ini, memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk naik ke strata yang lebih tinggi, atau turun ke strata yang lebih rendah. Selain itu, sistem pelapisan terbuka memberikan perangsang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat.
Contoh, seorang yang miskin karena usaha dan kerja keras dapat menjadi kaya, atau sebaliknya.
Stratifikasi Campuran
Stratifikasi campuran diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah  ke Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Sistem Kasta
Sistem lapisan sosial yang tertutup dengan jelas dapat dilihat dalam masyarakat India. Sistem pelapisan di India sangat kaku dan menjelma dalam bentuk kasta. Secara umum, kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Keanggotaan pada kasta, diperoleh karena warisan atau kelahiran.
2. Keanggotaan yang diwariskan, berlaku untuk seumur hidup.
3. Perkawinan bersifat  endogami, ada keharusan menikah dengan dalam satu kasta.
4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
5. Adanya kesadaran pada keanggotaan, penyesuaian diri terhadap norma-norma yang berlaku.
6. Kasta terikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
7. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Sistem Kasta di India
Sistem kasta di India telah ada sejak berabad-abad yang lampau. Istilah kasta dalam bahasa India adalah ”yati”, sedangkan sistemnya disebut ”varna”. Menurut kitab Reg-Wedha, dalam masyarakat India Kuno terdapat empat varna yang tersusun atas Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Kasta Brahmana terdiri atas pendeta-pendeta yang dipandang sebagai lapisan tertinggi. Kesatria merupakan kasta golongan bangsawan dan tentara. Waisya terdiri atas kasta golongan pedagang, sedangkan Sudra terdiri atas orang-orang biasa atau rakyat jelata. Golongan yang tidak berkasta, tidak masuk dalam sistem varna dan disebut golongan Paria.
Sistem Kasta Masyarakat Bali
Suatu sistem stratifikasi tertutup dalam batas-batas tertentu, juga dijumpai pada masyarakat Bali. Seperti halnya masyarakat India, masyarakat Bali pun terbagi dalam empat lapisan sesuai dengan kitab suci orang Bali yaitu Brahmana, Kesatria, Waisya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasa disebut ”triwangsa”, sedangkan lapisan terakhir disebut ”jaba”. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi dalam lapisan-lapisan khusus, yang biasanya diketahui dari gelar yang disandang. Gelar-gelar tersebut diwariskan menurut garis keturunan laki-laki yang antara lain Ida Bagus (Brahmana), Tjokorda, Dewa, Ngahan (Kesatria), I Gusti, Gusti (Waisya), Pande, Kbon, dan Pasek (Sudra).
STRATIFIKASI SOSIAL BERDASAR KRITERIA EKONOMI
Kelas Sosial Atas
Kelas sosial atas, yaitu kelompok orang memiliki kekayaan banyak, yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup bahkan secara berlebihan. Golongan kelas ini dapat dilihat dari pakaian yang dikenakan, bentuk rumah, gaya hidup yang dijalankan, dan lain-lain.
Kelas Sosial Menengah
Kelas sosial menengah, yaitu kelompok orang berkecukupan yang sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok (primer), misalnya sandang, pangan, dan papan. Keadaan golongan kelas ini secara umum tidak akan sama dengan keadaan kelas atas.
Kelas Sosial Bawah
Kelas sosial bawah, yaitu kelompok orang miskin yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan primer. Golongan kelas bawah biasanya terdiri atas pengangguran, buruh kecil, dan buruh tani.
STRATIFIKASI SOSIAL BERDASARKAN KRITERIA SOSIAL
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelompok tingkatan sosial berdasarkan status sosialnya. Oleh karena itu, anggota masyarakat yang memiliki kedudukan sosial yang terhormat menempati kelompok lapisan tertinggi. Sebaliknya, anggota masyarakat yang tidak memiliki kedudukan sosial akan menempati pada lapisan lebih rendah. Contoh: seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat akan menempati posisi tinggi dalam pelapisan sosial.
STRATIFIKASI SOSIAL BERDASARKAN KRITERIA POLITIK
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik menjadikan masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok lapisan atas yaitu elite kekuasaan disebut juga kelompok dominan (menguasai) sedangkan kelompok lapisan bawah, yaitu orang atau kelompok masyarakat yang dikuasai disebut massa atau kelompok terdominasi (terkuasai).
STRATIFIKASI SOSIAL BERDASARKAN KRITERIA PEKERJAAN
Elite
Elite yaitu orang kaya dan orang yang menempati kedudukan atau pekerjaan yang dinilai tinggi oleh masyarakat.
Profesional
Profesional yaitu orang yang berijazah dan bergelar kesarjanaan serta orang dari dunia perdagangan yang berhasil.
Semiprofesional
Semiprofesional mereka adalah para pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah, mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, para pedagang buku, dan sebagainya.
Tenaga trampil
Tenaga terampil mereka adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan teknik mekanik seperti pemotong rambut, pekerja pabrik, sekretaris, dan stenografer.
Tenaga tidak terdidik
Tenaga tidak terdidik, misalnya pembantu rumah tangga dan tukang kebun.
STRATIFIKASI BERDASARKAN KRITERIA PENDIDIKAN
Antara kelas sosial dan pendidikan saling memengaruhi. Hal ini dikarenakan untuk mencapai pendidikan tinggi diperlukan uang yang cukup banyak. Selain itu, diperlukan juga motivasi, kecerdasan, dan ketekunan. Oleh karena itu, tinggi dan rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada jenjang kelas sosial.
STRATIFIKASI SOSIAL BERDASARKAN KRITERIA BUDAYA SUKU BANGSA
Jawa Tengah
Golongan wong baku (cikal bakal), yaitu orang-orang keturunan para pendiri desa. Mereka mempunyai hak pakai atas tanah pertanian dan berkewajiban memikul beban anak keturunan para cikal bakal tersebut. Kewajiban seperti itu disebut dengan gogol atau sikep.
Golongan kuli gandok (lindung), yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri, tetapi tidak
mempunyai hak pakai atas tanah desa.
Golongan mondok emplok, yaitu orang-orang yang mempunyai rumah sendiri pada tanah pekarangan
orang lain.
Golongan rangkepan, yaitu orang-orang yang sudah berumah tangga, tetapi belum mempunyai
rumah dan pekarangan sendiri.
Golongan sinoman, yaitu orang-orang muda yang belum menikah dan masih tinggal bersama-sama dengan orang tuanya.
Selain itu, stratifikasi sosial pada masyarakat Jawa didasarkan pula atas pekerjaan atau keturunan, yaitu golongan priayi dan golongan wong cilik. Golongan priayi adalah orang-orang keturunan bangsawan dan para pegawai pemerintah serta kaum cendekiawan yang menempati lapisan atas. Sedangkan golongan wong cilik antara lain para petani, tukang, pedagang kecil, dan buruh yang menempati lapisan kelas bawah.
Pada tahun 1960-an, Clifford Geertz seorang pakar antropolog Amerika membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok, yaitu santri, abangan, dan priayi. Menurutnya, kaum santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau menganut Kejawen, sedangkan kaum priayi adalah kaum bangsawan.
PENGARUH DIFERENSIASI DAN STRATIFIKASI
DIFERENSIASI SOSIAL
Primordialisme
Istilah primordialisme menggambarkan adanya ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal-hal yang dibawa sejak awal kelahirannya, misalnya kesukubangsaan, kedaerahan, ras, dan lain-lain. Dalam sosiologi primordialisme diartikan sebagai perasaan kesukuan seseorang yang berlebihan. Pada dasarnya sikap primordialisme berfungsi untuk pelestarian budaya kelompok sendiri, namun mampu pula memunculkan sikap etnosentrisme.
Etnosentrisme
Sikap etnosentrisme merupakan sikap yang memandang budaya orang lain dari kacamata budaya sendiri akibatnya dapat memunculkan sebuah konflik sosial.
STRATIFIKASI SOSIAL
Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial adalah jarak potensi sosial ekonomi yang cukup tajam antara satu kelompok dengan kelompok lain. Contoh: perbedaan hak, penghasilan, pembatasan, dan kewajiban. Perbedaan ini sering kali memunculkan sikap penindasan terhadap kelompok lainnya. Kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan lebih tinggi memiliki hak dan keuntungan serta fasilitas-fasilitas yang lebih banyak dibanding dengan kelompok-kelompok masyarakat yang menempati strata lebih rendah. Bertumpu dari keadaan ini, akhirnya kehidupan masyarakat berstratifikasi akan menampakkan gejala yang membuat hidup dirasa sebagai penindasan oleh kelompok-kelompok besar masyarakat.
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah ciri ciri khas kehidupan sehari hari yang bisa dilihat dari cara berpakaian, cara mengisi waktu senggang, bentuk rumah dan sebagainya yang bisa terjadi karena adanya stratifikasi sosial
CATATAN PENTING
DIFERENSIASI SOSIAL
1. Pengelompokan secara horizontal.
2. Berdasarkan ciri dan fungsi.
3. Distribusi kelompok.
4. Genotipe.
5. Kriteria biologis/fisik sosiokultural.
STRATIFIKASI SOSIAL
1. Pengelompokan secara vertikal.
2. Berdasarkan posisi, status kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang dihargai.
3. Distribusi hak dan wewenang
4. Stereotipe
5. Kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan, kehormatan.
KONSOLIDASI
Istilah konsolidasi berasal dari bahasa Inggris, consolidation yang berarti penguatan atau pengukuhan. Dalam struktur sosial konsolidasi merupakan usaha untuk menata kembali suatu kelompok sosial yang dinilai mengalami perpecahan atau ketidakkompakan. Selain itu, konsolidasi juga berarti sebagai usaha memperkuat parameter (nilai ukur) suatu kelompok (in group) terhadap kelompok yang lain (out group). Sebagai contohnya, ketika suatu kelompok merasa terancam keberadaannya, karena melihat kelompok lain menjadi solid dan bersatu padu, maka kelompok tersebut akan melakukan konsolidasi atau penguatan demi eksisnya kelompok bersangkutan.
INTERSEKSI
Interseksi berasal dari kata  intersection yang berarti sebuah titik pertemuan dari dua buah garis. Secara khusus interseksi berarti persilangan antara dua himpunan (atau lebih) yang setiap anggotanya juga menjadi bagian dari dua himpunan (atau lebih) dari masing-masing himpunan tersebut. Proses interseksi ini sangat terlihat dalam sebuah organisasi-organisasi sosial. Dalam organisasi sosial terdiri atas berbagai macam penggolongan atau perbedaan misalnya, perbedaan ras, agama, jenis kelamin, dan lain-lain. Namun, karena adanya persamaan tujuan dalam sebuah visi misi organisasi, mereka membentuk suatu kesatuan. Kondisi ini menimbulkan suatu ikatan baru di antara para anggotanya. Ikatan baru ini mampu memperlemah perbedaan-perbedaan yang pada dasarnya sudah dimiliki masing-masing dari mereka. Dengan demikian, proses interseksi dapat mempercepat integrasi sosial, sebab dalam proses interseksi mengutamakan proses persamaan bukan perbedaan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.

MANFAAT SOSIOLOGI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT

MANFAAT SOSIOLOGI

PEMBAHASAN
Sosiologi sebagai ilmu bisa ditinjau dari dua sisi yaitu pengembangan ilmunya atau ilmu murni (pure science) dan manfaat ilmu sosiologi bagi kehidupan atau ilmu terapan (applied science). Pembahasan bab ini tentang bagaimana penerapan sosiologi bagi kehidupan masyarakat atau “applied science” nya.
SOSIOLOGI MEMBANTU MEMECAHKAN MASALAH SOSIAL MASYARAKAT
Gejala-gejala abnormal yang terjadi di masyarakat disebut juga masalah sosial. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial yang mencakup segi moral dan tata kelakuan yang menyimpang. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi disorganisasi adalah dengan mengadakan perencanaan sosial yang baik  (social planning) agar masalah sosial teratasi.
PENGERTIAN MASALAH SOSIAL
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial (problema sosial) merupakan masalah yang muncul dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sosiologi selain mempelajari gejala-gejala kemasyarakatan, juga mempelajari masalah-masalah sosial seperti: kejahatan, konflik antarras, kemiskinan, perceraian, pelacuran delinkuensi anak-anak; dan seterusnya.
ANALISIS SOSIOLOGI DALAM MEMAHAMI MASALAH SOSIAL
Sebagai ilmu sosial yang menganalisis masyarakat, sosiologi hanya sebatas mencari sebab-sebab terjadinya masalah sosiologi dan tidak menekankan pada pemecahan masalah atau jalan keluar dari masalah-masalah.
PENGERTIAN MASALAH SOSIAL
Masalah sosiologi merupakan hasil proses perkembangan masyarakat, artinya problem itu memang sewajarnya timbul, jika tidak diinginkan adanya hambatan-hambatan terhadap penemuan baru atau gagasan baru. Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial, atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut. Masalah sosial merupakan akibat dari interaksi sosial antara individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
PENYEBAB TERJADINYA MASALAH SOSIAL
Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor berikut:
Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis, problema dari faktor ekonomi misalnya kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya.
Faktor Biologis
Faktor biologis, problema yang timbul dari faktor ini adalah penyakit atau kesehatan tubuh.
Faktor Biopsikologis
Faktor biopsikologis, dari faktor ini timbul penyakit saraf, bunuh diri, dan disorganisasi jiwa.
Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan, dari faktor ini akan timbul perceraian, kejahatan, kenakalan anak-anak, konflik rasial, dan keagamaan.
UKURAN SOSIOLOGI TERHADAP MASALAH SOSIAL
Menurut Robert K. Merton  dan Robert A. Nisbet, dalam menentukan bahwa suatu masalah merupakan problema sosial atau tidak, digunakan beberapa pokok persoalan sebagai ukuran, yaitu:
Kriteria Utama
Kriteria utama suatu masalah sosial yaitu tidak adanya penyesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-tindakan sosial. Adanya kepincangan-kepincangan antara anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi, dengan apa yang terjadi dalam kenyataan pergaulan hidup. Misalnya, apabila dalam satu bulan terjadi
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh 400 orang dari 10.000 orang penduduk sebuah kota,
hal ini belum tentu merupakan masalah sosial, hal ini tergantung dengan nilai-nilai sosial masyarakat yang bersangkutan.
Sumber-Sumber Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan persoalan-persoalan yang timbul secara langsung dari atau bersumber langsung pada kondisi-kondisi maupun proses-proses sosial. Jadi sebab-sebab terpenting masalah sosial harus bersifat  sosial. Jadi kejadian-kejadian yang tidak bersumber pada perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah sosial.
Pihak yang Menetapkan Masalah Sosial
Dalam masyarakat masalah sosial merupakan gejala yang wajar. Apabila terdapat sekelompok warga masyarakat menjadi pimpinan masyarakat tersebut, maka sekelompok warga masyarakat tersebut mempunyai kekuasaan dan wewenang yang lebih besar dari orang lain untuk membuat serta menentukan kebijaksanaan sosial. Setiap manusia sesuai dengan kedudukan dan perannya dalam masyarakat, mempunyai nilai dan kepentingan-kepentingan yang berbeda. Sikap masyarakat itu sendirilah yang menentukan suatu gejala merupakan suatu problema sosial atau tidak.
Manifest Social Problem dan Latent Social Problem
Manifest social problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan-kepincangan dalam masyarakat, yang dikarenakan tidak sesuainya tindakan dengan norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Pada umumnya masyarakat tidak menyukai tindakan-tindakan yang menyimpang, misalnya dengan padatnya lalu lintas kota kota besar, banyak terjadi penyerobotan lahan trotoar untuk pedagang kaki lima dan lalulintas. Latent social problems juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, akan tetapi tidak diakui demikian. Contoh: korupsi di Indonesia seolah olah merupakan hal yang wajar dan sudah biasanya, padahal hal tersebut bertentangan dengan nilai dan norma sosial.
BEBERAPA MASALAH SOSIAL PENTING
KEMISKINAN
Menurut sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan  masalah sosial. Kemiskinan muncul sebagai masalah sosial sejak berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan juga ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat. Pada waktu dulu setiap individu sadar akan kedudukan ekonomisnya, sehingga mereka mampu mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomi para warga masyarakat ditentukan secara tegas. Pada masyarakat yang bersahaja susunan dan organisasinya, kemiskinan bukan masalah sosial, karena mereka menganggap bahwa semua telah ditakdirkan, sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya. Pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu problema sosial karena sikap yang membenci kemiskinan tadi. Bagi para urban yang gagal mendapatkan pekerjaan, kemiskinan tidak lagi diukur dari kebutuhan
sekunder saja, tetapi disebabkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan primernya.
PENGANGGURAN
Pengangguran merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Pesatnya arus globalisasi dalam bidang ekonomi yang ditandai dengan adanya efisiensi dalam kegiatan ekonomi, misalnya penggunaan mesin-mesin produksi. Hal itu menyebabkan berkurangnya penggunaan tenaga manusia. Oleh sebab itu pengangguran makin tinggi. Di negara negara berkembang, pada umumnya juga memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sementara itu persaingan
kerja makin lama makin ketat, sehingga orang yang tidak memiliki keahlian (skill) akan kesulitan mencari kerja.
KEJAHATAN
Kejahatan disebabkan kondisi-kondisi dan proses-proses sosial yang sama, yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya. Orang yang menjadi jahat, disebabkan orang tersebut mengadakan kontak dengan pola-pola perilaku jahat dan juga karena dia mengasingkan diri dari pola-pola perilaku yang tidak menyukai kejahatan tersebut. Pada masa modern seperti sekarang ini timbul kejahatan yang disebut white collar crime yaitu suatu kejahatan yang timbul akibat perkembangan ekonomi yang terlalu cepat dan menekankan pada aspek material–finansial belaka. Kejahatan ini merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha dan pejabat di dalam menjalankan peranan fungsinya. Golongan tersebut menganggap kebal terhadap hukum dan sarana-sarana pengendalian sosial lainnya. Untuk mengatasi masalah kejahatan dapat dilakukan dengan dua cara berikut.
1. Preventif
Preventif, yaitu dengan cara menjauhkan diri dari pola-pola kejahatan dan mendekatkan diri dari pola-pola perilaku yang tidak menyukai kejahatan.
2. Represif
Represif, yaitu dengan cara rehabilitasi, seperti hal berikut.
1) Menciptakan program yang bertujuan menghukum orang tersebut.
2) Berusaha mengubah agar orang tersebut tidak jahat, misalnya dengan cara memberi pekerjaan atau latihan-latihan untuk menguasai bidang-bidang tertentu agar dapat membaur kembali dengan masyarakat umum.
DISORGANISASI KELUARGA
Disorganisasi Keluarga (Broken Home). Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit, karena anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya. Adapun bentuk-bentuknya antara lain:
a. unit keluarga yang tidak komplit karena hubungan di luar nikah;
b. karena putusnya perkawinan sebab perceraian;
c. kurangnya komunikasi dalam anggota keluarga (empty shell family);
d. krisis keluarga, oleh karena salah satu kepala keluarga bertindak di luar kemampuannya.
Pada dasarnya disorganisasi keluarga pada masyarakat yang sedang dalam keadaan transisi menuju masyarakat modern dan kompleks, disebabkan keterlambatan dalam menyesuaikan diri dengan situasi sosial ekonomis yang baru.
GENERASI MUDA DAN MASYARAKAT MODERN
Generasi Muda dan Masyarakat Modern. Masalah generasi muda ditandai dengan dua ciri yang berlawanan, yaitu berikut.
a. Keinginan melawan, misalnya dalam bentuk radikalisme dan delinkuensi. Sikap ini mungkin disertai dengan suatu rasa takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang.
b. Sikap apatis, biasanya sikap ini disertai rasa kecewa terhadap masyarakat.
Pada waktu tersebut, kalau dia tidak ada bimbingan dari orang tua akan  timbul demonstration effect yang merupakan masalah sosial. Masalah tersebut dapat diurutkan sebagai berikut.
a. Persoalan  sense of value, pada masa ini masyarakat yang kedudukannya lebih tinggi menjadi imitasi untuk anak-anak yang berasal dari lapisan yang lebih rendah.
b. Timbul organisasi-organisasi pemuda nonformal yang bertingkah laku tidak disenangi masyarakat.
c. Timbul usaha generasi muda yang bertujuan mengadakan perubahan dalam masyarakat yang disesuaikan dengan nilai kaum muda.
PEPERANGAN
Peperangan. Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan, baik bagi negara yang menjadi pemenang maupun negara yang kalah.
PELANGGARAN TERHADAP NORMA NORMA MASYARAKAT
Pelacuran
Pelacuran diartikan sebagai pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan
perbuatan seksual dengan mendapat upah. Sebab terjadinya pelacuran dapat dilihat dari faktor-faktor berikut.
1) Endogen dapat disebutkan karena faktor nafsu syahwat yang besar, sifat malas, dan keinginan yang besar untuk dapat hidup mewah.
2) Eksogen yang terutama adalah faktor ekonomis, urbanisasi yang tidak teratur, keadaan perumahan yang tidak memenuhi syarat misalnya masa anak-anak yang kurang menguntungkan, pola pribadi yang kurang dewasa.
Delinkuensi anak-anak
Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah cross boys dan cross girls yaitu organisasi semi-formal yang mempunyai tingkah laku yang kurang atau tidak disukai masyarakat.
Delinkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan, pelanggaran susila, penggunaan obat terlarang, dan perkosaan.
Alkoholic
Persoalan alkoholic atau pemabuk pada kebanyakan masyarakat  tidak berkisar apakah alkohol boleh atau dilarang dipergunakan. Persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya, di mana dan dalam kondisi yang bagaimana. Umumnya orang awam berpendapat bahwa alkohol merupakan suatu stimulan, padahal sesungguhnya alkohol merupakan racun protoplasmik yang mempunyai efekdepresan pada sistem saraf, yang mengakibatkan pengguna makin berkurang kemampuannya untuk mengendalikan diri, baik fisik, psikologis maupun sosial.
Homoseksualitas
Secara sosiologis homoseksualitas adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang berjenis kelamin sama sebagai mitra seksual. Homoseksualitas merupakan sikap-tindak atau pola perilaku para homoseksual, bagi pelaku pria, sedang pelaku wanita disebut lesbian. Homoseksualitas dapat digolongkan ke dalam tiga kategori sebagai berikut.
1) Golongan yang secara aktif mencari mitra kencan di tempat tertentu.
2) Golongan pasif, artinya yang hanya menunggu.
3) Golongan situasional yang mungkin bersikap pasif atau melakukan tindakan-tindakan tertentu.
Homoseksualitas secara sosiologis  bertolak pada asumsi bahwa tidak ada pembawaan lain pada dorongan seksual, selain kebutuhan untuk menyalurkan syahwat. Oleh karena itu maka baik tujuan maupun objek dorongan seksual diarahkan oleh faktor sosial. Seseorang menjadi homoseksual dikarenakan pengaruh orang-orang sekitarnya, sikap-tindaknya kemudian menjadi pola seksualnya.
Masalah Kependudukan
Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan. Salah satu tanggung jawab negara adalah menyejahterakan kehidupan penduduk, tetapi ternyata kesejahteraan penduduk mengalami gangguan oleh perubahan-perubahan demografis yang sering tidak dirasakan. Gangguan-gangguan tersebut menimbulkan masalah-masalah di antaranya berikut ini.
a. Bagaimana menyebarkan penduduk, agar tercipta kepadatan penduduk yang merata?
b. Bagaimana mengusahakan penurunan tingkat kelahiran agar perkembangan penduduk dapat diawasi dengan ketat?
Masalah Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup biasanya dibedakan dalam kategori sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik, yaitu semua benda mati yang ada di sekeliling manusia.
b. Lingkungan biologis yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa organisme yang hidup (di sampingmanusia).
c. Lingkungan sosial yaitu terdiri atas individu atau kelompok yang berada di sekitar manusia.
d. Lingkungan budaya yaitu segala sesuatu di sekeliling manusia yang berupa hasil-hasil kebudayaan manusia.
Agar dapat mempertahankan hidup, maka manusia melakukan penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi yang antara lain berikut ini.
a. Adaptasi genetik yaitu setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik.
b. Adaptasi somatis yaitu merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun-temurun).
Dalam hubungannya dengan makhluk hidup lainnya dalam lingkungan hidup, dapat dibedakan berikut.
a. Hubungan simbiosis yaitu hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup yang berbeda speciesnya.
Bentuk bentuk hubungan simbiosis adalah:
1) Parasitisme yaitu bila satu pihak beruntung, pihak lain dirugikan.
2) Komensalisme yaitu bila satu pihak beruntung, pihak lain juga tidak dirugikan.
3) Mutualisme yaitu terjadi hubungan saling menguntungkan.
b. Hubungan sosial timbal balik antara organisme-organisme hidup yang sama spesiesnya. Bentuk-bentuknya adalah kompetisi dan kooperatif.
Suatu ekosistem mungkin mengalami perubahan-perubahan lantaran bekerjanya faktor-faktor fisik alamiah dan pengaruhnya besar terhadap manusia misalnya:
a. pengaruh sinar matahari,
b. pengaruh iklim,
c. pengaruh panas dan dingin.
MANFAAT PENELITIAN SOSIOLOGI BAGI PEMBANGUNAN
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan rencana tertentu. Cara melangsungkan pembangunan adalah sebagai berikut.
1. Struktural, yang mencakup perencanaan, pembentukan, dan evaluasi terhadap lembaga-lembaga sosial.
2. Spiritual yang mencakup watak dan pendidikan dalam penggunaan cara-cara berfikir ilmiah.
3. Struktural dan spiritual. Syarat yang diperlukan dalam pembangunan adalah  kemauan yang keras serta kemampuan dapat memanfaatkan setiap kesempatan bagi keperluan pembangunan. Masyarakat harus aktif memecahkan masalah-masalah dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-pikiran dan usaha baru. Warga masyarakat tidak boleh pasrah pada keadaan yang dihadapi, atas dasar pandangan hidup bahwa segala sesuatu merupakan nasib buruk bagi dirinya. Di samping itu juga harus terbuka, jujur, dan berorientasi ke depan sehingga proses kehidupannya dapat direncanakan, baik mengenai aspek spiritual maupun materialnya.
1. Tahap-Tahap Pembangunan
Apabila pembangunan dikaitkan dengan tahap-tahapnya, maka dikenal dengan tahap-tahap berikut.
a. Perencanaan;  pada tahap ini diadakan identifikasi terhadap berbagai kebutuhan masyarakat, pusat perhatiannya, stratifikasi sosial pusat kekuasaan maupun saluran komunikasi.
b. Penerapan/pelaksanaan pada tahap ini perlu diadakan penyorotan kekuatan sosial dalam masyarakat. Di samping itu juga harus diadakan pengamatan terhadap perubahan sosial yang terjadi.
c. Tahap evaluasi diadakan analisis terhadap efek pembangunan sosial. Hal tersebut memerlukan pengadaan, pembetulan, penambahan, pelancaran maupun peningkatan secara proporsional.
2. Penelitian Sosiologi
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilandasi analisis dan kontruksi. Analisis dan kontruksi dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Penelitian merupakan suatu sarana bagi ilmu pengetahuan untuk mengembangkan ilmu yang bersangkutan, juga merupakan sarana bagi masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Oleh karena itu dikenal beberapa
penelitian, yaitu berikut ini.
a. Penelitian murni, bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis.
b. Penelitian yang terpusat pada masalah, bertujuan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam perkembangan teori.
c. Penelitian terapan, bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau pemerintah.
3. Manfaat Penelitian Sosiologi bagi Pembangunan
Manfaat penelitian sosiologis pada hakikatnya mencakup hal-hal berikut.
a. Pola interaksi sosial.
Dengan mengetahui pola interaksi sosial yang ada dalam masyarakat dapat digariskan haluan-haluan tertentu untuk memperkuat pola interaksi yang mendukung dan menetralisir pola interaksi yang menghalangi pembangunan.
b. Kelompok sosial yang menjadi bagian masyarakat.
Ada kelompok sosial yang mempunyai kekuasaan tidak resmi, yang dapat dijadikan panutan bagi pembangunan.
c. Kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai.
Ada nilai-nilai yang mendukung pembangunan, ada yang tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap pembangunan ada yang menghalangi pembangunan.
d. Lembaga-lembaga yang merupakan kesatuan kaidah yang berkisar pada kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial.
e. Stratifikasi sosial yang merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas sosial secara vertikal.
RANGKUMAN
Tidak semua di dalam kehidupan masyarakat berlangsung secara normal, artinya ada gejala-gejala abnormal atau gejala patologis. Hal ini disebabkan karena unsur masyarakat tertentu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan kekecewaan bahkan penderitaan bagi masyarakat.
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan hidup kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial, hingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial.
Masalah sosial dapat diklasifikasikan atas dasar sumber-sumbernya yaitu,faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan
Klasifikasi yang berbeda mengadakan penggolongan atas dasar kepincangan-kepincangan dalam warisan fisik, warisan biologis, warisan sosial, dan kebijaksanaan sosial.
Beberapa masalah sosial yang penting
adalah:
1. Kemiskinan yaitu sebagai suatu ke-adaan di mana orang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan ukuran kehidupan kelompoknya.
2. Kejahatan.
3. Disorganisasi yaitu suatu perpecahan dalam keluarga sebagai unit, karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajibannya.
4. Masalah generasi muda.
5. Peperangan.
6. Masalah kependudukan.
7. Masalah lingkungan hidup.
Sosiologi mempunyai peranan bagi proses pembangunan dalam hal sebagai berikut: tahap perencanaan; tahap pelaksanaan; tahap evaluasi. Sosiologi dapat dimanfaatkan untuk memberikan data sosial pada tahap-tahap pembangunan.

PENGENDALIAN SOSIAL

PENGENDALIAN SOSIAL

PENGERTIAN
Pengendalian sosial adalah pengawasan dari suatu kelompok terhadap kelompok lain untuk mengarahkan peran-peran individu atau kelompok sebagai bagian dari masyarakat agar tercipta situasi, kemasyarakatan sesuai dengan yang diharapkan.
DEFINISI
Peter L Berger
Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang menyimpang
Horton dan Hunt
Pengendalian sosial adalah segenap cara dan proses yang ditempuh oleh sekelompok orang tua atau masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai harapan kelompok atau masyarakat
Bruce J Cohen
Pengendalian sosial adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak kelompok atau masyarakat tertentu.
TUJUAN PENGENDALIAN SOSIAL
1. Agar masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku.
2. Agar tercipta keserasian dan kenyamanan dalam masyarakat.
3. Agar pelaku penyimpangan kembali mematuhi norma yang berlaku.
FUNGSI PENGENDALIAN SOSIAL
1. Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap norma sosial.
2. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
3. Mengembangkan rasa takut untuk tidak melakukan perbuatan yang dinilai mengandung resiko.
4. Menciptakan sistem hukum (aturan yang disusun secara resmi dan disertai aturan tentang ganjaran atau sanksi).
PENGENDALIAN SOSIAL BERDASAR WAKTU PELAKSANAANNYA
Pengendalian Preventif
Pengendalian preventif; yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah. Pengendalian yang bersifat preventif umumnya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. Contohnya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait tentang bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari pemakaian narkoba.
Pengendalian Represif
Pengendalian represif; yaitu suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Contohnya guru memberi hukuman kepada siswa yang terlambat dan tidak tertib di sekolah. Hukuman ini dimaksudkan agar tindakan penyimpangan siswa tidak berulang lagi.
Pengendalian Kuratif
Pegendalian kuratif; tindakan ini diambil setelah terjadinya tindak penyimpangan sosial. Tindakan ini ditujukan untuk memberikan penyadaran kepada para pelaku penyimpangan agar dapat menyadari kesalahannya dan mau serta mampu memperbaiki kehidupannya, sehingga di kemudian hari tidak lagi mengulangi kesalahannya. Contohnya memasukkan para pencandu narkoba ke tempat rehabilitasi untuk mendapatkan pembinaan agar para pelaku tidak akan mengulangi perbuatannya kembali
PENGENDALIAN SOSIAL BERDASARKAN SIFATNYA
Pengendalian Internal
Pengendalian internal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh penguasa atau pemerintah sebagai pemegang kekuasaan (the rulling class) untuk menjalankan roda pemerintahannya melalui strategi-strategi politik. Strategi-strategi politik tersebut dapat berupa aturan perundang-undangan ataupun program-program sosial lainnya.
Pengendalian Eksternal
Pengendalian eksternal; pengendalian sosial jenis ini dilakukan oleh rakyat kepada para penguasa. Hal ini dilakukan karena dirasa adanya penyimpanganpenyimpangan tertentu yang dilakukan oleh kalangan penguasa. Pengendalian sosial jenis ini dapat dilakukan melalui aksi-aksi demonstrasi atau unjuk rasa, melalui pengawasan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau pun melalui wakil-wakil rakyat di DPRD.
PENGENDALIAN SOSIAL BERDASAR CARA ATAU PERLAKUAN PENGENDALIAN SOSIAL
Pengendalian Persuasif
Pengendalian persuasif; yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan dengan cara pendekatan secara damai tanpa paksaan. Bentuk pengendalian ini, misalnya berupa ajakan atau penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Contohnya seorang guru BP menasehati dan menghimbau kepada siswa untuk tidak merokok.
Pengendalian Koersif
Pengendalian koersif (coersif); yaitu tindakan pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara pemaksaan.  Dalam hal ini, bentuk pemaksaan diwujudkan dengan pemberian sanksi atau hukuman terhadap siapa  saja yang melakukan pelanggaran sesuai dengan kadar penyimpangannya. Contohnya penertiban PKL secara paksa yang dilakukan oleh petugas Satpol PP.
PENGENDALIAN SOSIAL BERDASAR PELAKU PENGENDALIAN SOSIAL
Pengendalian Pribadi
Pengendalian pribadi; yaitu pengaruh yang datang dari orang atau tokoh tertentu (panutan). Pengaruh ini dapat bersifat baik atau pun buruk.
Pengendalian Institusional
Pengendalian institusional; yaitu pengaruh yang ditimbulkan dari adanya suatu institusi atau lembaga. Pola perilaku lembaga tersebut tidak hanya mengawasi para anggota lembaga itu saja,  akan tetapi juga mengawasi dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di sekitar lembaga tersebut berada. Misalnya kehidupan para santri di pondok pesantren akan mengikuti aturan, baik dalam hal pakaian, tutur sapa, sikap, pola pikir, pola tidur, dan sebagainya. Dalam hal ini, pengawasan dan pengaruh dari pondok pesantren tersebut tidak hanya terbatas pada para santrinya saja, namun juga kepada masyarakat di sekitar pondok pesantren.
Pengendalian Resmi
Pengendalian resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan oleh lembaga resmi negara sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan sanksi yang jelas dan mengikat. Pengendalian resmi dilakukan oleh aparat negara, seperti kepolisian, satpol PP, kejaksaan, ataupun kehakiman untuk mengawasi ketaatan warga masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan.
Pengendalian Tidak Resmi
Pengendalian tidak resmi; yaitu pengendalian atau pengawasan sosial yang dilakukan tanpa rumusan aturan yang jelas atau tanpa sanksi hukum yang tegas. Meskipun demikian, pengendalian tidak resmi juga memiliki efektivitas dalam mengawasi atau mengendalikan perilaku masyarakat. Hal ini dikarenakan sanksi yang diberikan kepada pelaku penyimpangan berupa sanksi moral dari masyarakat lain, misalnya dikucilkan atau bahkan diusir dari lingkungannya. Pengendalian tidak resmi dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh adat, ataupun tokoh agama yang memiliki kharisma dan dipandang sebagai panutan masyarakat.
TAHAPAN PENGENDALIAN SOSIAL
Sebagai suatu proses, pengendalian sosial yang berlaku di masyarakat dapat dibedakan menjadi berikut ini.
1. Tahap Sosialisasi atau Pengenalan
Tahap sosialisasi atau pengenalan merupakan tahap awal proses pengendalian sosial. Pada tahap ini, masyarakat dikenalkan pada bentuk-bentuk penyimpangan sosial beserta sanksi sanksinya. Pengenalan tersebut dimaksudkan agar masyarakat menyadari efek dan sanksi yang akan diterimanya bila mereka melakukan suatu tindakan penyimpangan sosial. Di dalam hal ini, tahap sosialisasi bersifat preventif yang bertujuan mencegah perilaku penyimpangan sosial.
2. Tahap Penekanan Sosial
Tahap penekanan sosial dilakukan untuk mendukung terciptanya kondisi sosial yang stabil. Pada tahap ini telah disertai dengan pelaksanaan sanksi atau hukuman kepada para pelaku tindakan penyimpangan. Dengan adanya sanksi yang menekan tersebut, diharapkan masyarakat segan dan tidak mau melakukan berbagai perbuatan yang menyimpang.
3. Tahap Pendekatan Kekuasaan/Kekuatan
Pada tahap ini, terlihat adanya pihak pelaku pengendalian sosial dan pihak yang dikendalikan. Tahap ini dilakukan jika tahaptahap yang lain tidak mampu mengarahkan tingkah laku manusia sesuai dengan norma atau nilai yang berlaku.
PENGENDALIAN BERDASARKAN PELAKUNYA
Berdasarkan pelakunya, tahap pendekatan kekuasaan atau kekuatan ini dapat dibedakan, menjadi berikut ini.
a. Pengendalian kelompok terhadap kelompok; misalnya anggota Kepolisian Sektor Pasanggrahan Jakarta Selatan mengawasi keamanan dan ketertiban masyarakat di Kecamatan Pasanggrahan.
b. Pengendalian kelompok terhadap anggotanya; misalnya bapak/ibu guru di sekolah mengendalikan dan membimbing siswa/siswi yang belajar di sekolah itu.
c. Pengendalian pribadi terhadap pribadi lain; misalnya seorang ayah yang mendidik dan merawat anaknya, atau seorang kakak yang menjaga adiknya.
BENTUK BENTUK PENGENDALIAN SOSIAL
Dalam penerapannya, pengendalian sosial mempunyai beberapa bentuk, seperti gosip, teguran, hukuman atau sanksi, serta pendidikan dan agama. Berikut ini uraian singkat mengenai bentuk-bentuk pengendalian sosial tersebut.
1. Gosip
Gosip adalah kabar yang tidak berlandaskan fakta. Gosip disebut juga kabar burung atau desas-desus. Suatu gosip tersebar di masyarakat jika pernyataan secara terbuka tidak dapat dilontarkan secara langsung atau belum menemukan bukti-bukti yang sah. Pada umumnya, gosip merupakan kritik tertutup yang ditujukan pada seseorang atau lembaga yang melakukan penyimpangan sosial. Dalam hal ini, orang atau lembaga yang terkena gosip akan berusaha memperbaiki tingkah lakunya, jika tidak, maka orang atau lembaga tersebut akan dicemooh, dikucilkan, dan merasa terisolir dalam kehidupan bermasyarakatnya.
2. Teguran
Teguran adalah kritik sosial yang bersifat terbuka, baik lisan atau pun tertulis, terhadap orang atau lembaga yang melakukan tindak penyimpangan sosial. Teguran dilakukan secara langsung kepada pelaku tindak penyimpangan agar pelaku tindak penyimpangan tersebut menyadari perbuatannya dan dapat segera menghentikan tingkah laku menyimpangnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Cemoohan
Cemoohan adalah tindakan membicarakan seseorang dengan menggunakan kata-kata kiasan, perumpamaan, atau kata-kata yang berlebihan serta bermakna negatif.
4. Ostrasisme (pengucilan)
Ostrasisme adalah suatu tindakan pemutusan hubungan sosial dari sekelompok orang terhadap seorang anggota masyarakat.
5. Fraundulens
Fraundulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umumnya terdapa pada anak kecil. Misalnya, A bertengkar dengan B. Jika si A lebih kecil dari B, maka si A mengancam bahwa dia mempunyai kakak yang berani yang dapat mengalahkan B.
6. Sanksi atau Hukuman
Sanksi atau hukuman merupakan tindakan tegas yang diambil jika teguran tidak lagi diindahkan oleh pelaku tindak penyimpangan. Sanksi atau hukuman merupakan bentuk pengendalian sosial yang efektif karena pelaku tindak penyimpangan akan mengalami kerugian atau penderitaan, misalnya didenda, diskors, atau mengalami hukuman fisik. Dalam hal ini, sanksi atau hukuman hanya dapat diberikan oleh pihak  yang memiliki kekuatan hukum atau resmi berdasarkan peraturan yang berlaku.
Fungsi Sanksi atau Hukuman
Dalam pelaksanaannya, sanksi atau hukuman berfungsi untuk:
a. memberikan efek jera kepada pelaku penyimpangan sosial; dan
b. memberikan contoh kepada pihak lain agar tidak ikut melakukan perbuatan menyimpang (schock theraphy).
7. Pendidikan dan Agama
Pendidikan, baik formal ataupun nonformal, merupakan salah satu bentuk pengendalian sosial yang telah melembaga. Pendidikan dapat berfungsi untuk mengarahkan dan membentuk sikap mental anak didik sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan memberi pengertian akan hal yang baik dan hal yang buruk melalui pendekatan ilmiah dan logika. Agama merupakan penuntun umat manusia dalam menjalankan perannya di muka bumi ini. Dalam ajaran agama, manusia dituntut untuk mampu menjalin hubungan baik dengan Tuhan, menjalin hubungan baik antarmanusia, dan menjalin hubungan baik dengan alam lingkungannya. Dalam ajaran agama dikenal adanya dosa dan pahala. Dosa akan diterima manusia jika mereka melakukan penyimpangan dari aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam ajaran agama sesuai dengan petunjuk dari kitab suci atau nabi. Dosa yang dilakukan manusia akan memperoleh balasan atau hukuman dari Tuhan YME kelak di kehidupan lain (akherat). Adapun pahala akan diterima manusia jika mereka melakukan hal-hal baik sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam kitab suci atau ajaran nabi. Berdasarkan uraian tersebut, maka agama merupakan bentuk pengendalian sosial yang tumbuh dari hati nurani berdasarkan kesadaran dan tingkat keimanan seseorang sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya. Berbagai bentuk pengendalian sosial tersebut, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi. Berikut ini beberapa fungsi pengendalian sosial.
PERAN PRANATA SOSIAL DALAM PENGENDALIAN SOSIAL
Keberhasilan suatu upaya pengendalian sosial tidak terlepas dari peran pranata sosial di masyarakat. Peran pranata sosial sendiri adalah berusaha menegakkan dan menjalankan nilai dan norma sosial agar tercipta suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, selaras, dan tertib sesuai dengan peraturan atau ketetapan yang berlaku. Berikut adalah pranata sosial yang berperan besar dalam upaya menciptakan ketertiban dan pengendalian sosial.
1. Pranata Keluarga
Pranata keluarga merupakan bentuk basic institutions. Seperti telah dijelaskan pada bab di depan, keluarga memiliki peran besar dalam membentuk karakter seseorang kaitannya dengan perilaku sosial yang dilakukannya dalam masyarakat. Sebagai tempat pendidikan anak yang pertama dan utama, aturan dan kedisiplinan yang diterapkan dalam keluarga akan sangat memengaruhi sikap dan dan perilaku seseorang. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang taat beribadah akan selalu bersikap sesuai dengan aturan agama, rajin beribadah, dan mampu membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk atau dilarang agama. Hal ini terjadi karena seseorang telah dikondisikan atau dibiasakan untuk melakukan hal tersebut. Kondisi tersebut akan jauh berbeda terhadap seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan  keluarga yang tidak taat beribadah atau dalam keluarga yang tidak disiplin. Mereka akan beranggapan bahwa segala sesuatu akan dianggap baik bila menguntungkan bagi dirinya sendiri tanpa mengindahkan apakah hal tersebut dilarang agama ataupun tidak. Dalam perkembangannya, seringkali bentuk-bentuk pelanggaran norma akan muncul dari hasil pendidikan yang kurang terarah dari suatu keluarga. Untuk itu, penanaman pemahaman tentang kebaikan dan disiplin diri yang kuat akan sangat membantu seseorang dalam bersosialisasi di masyarakat, sehingga dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk saat dia bersosialisasi.
2. Pranata Agama
Pranata agama merupakan bentuk general institutions yang mengatur hubungan antarmanusia, antara manusia dengan alam, dan antara manusia dengan Tuhannya. Dalam kehidupan bermasyarakat, agama merupakan benteng individu dalam menghadapi tantangan dunia yang kian kompleks dari waktu ke waktu. Pranata agama memberi batasan tentang segala sesuatu itu boleh atau tidak boleh, halal atau tidak halal, berdosa atau tidak berdosa, sehingga dengan memahami dan menerapkan konsep tersebut diharapkan ketenteraman dan kedamaian batin dapat dikembangkan, yang pada akhirnya dapat berimbas pada kerukunan hidup antarmanusia sebagai anggota masyarakat.
3. Pranata Ekonomi
Sebagai suatu tata tindakan dalam memanfaatkan uang, tenaga, waktu, atau barang-barang berharga lainnya, pranata ekonomi memberikan aturan-aturan khusus dalam upaya pengendalian sosial agar tercapai suatu keseimbangan dan terwujudnya suatu keadilan sosial. Tanpa pranata ekonomi, bisa kalian bayangkan sendiri, bagaimana suatu industri mengeksploitasi sumberdaya secara besar-besaran, bagaimana seorang majikan memperlakukan buruhnya secara semena-mena, atau bagaimana jika seseorang menentukan nilai suatu barang sekehendak hatinya. Pranata ekonomi memberikan aturan dan batasan-batasan yang telah disepakati bersama sebagai suatu hukum atau aturan ekonomi yang harus dipatuhi. Berdasarkan uraian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa pranata ekonomi sangat berperan dalam mengatur kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi agar dapat berjalan dengan lancar, tertib dan dapat memberi hasil yang maksimal dengan meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan.
4. Pranata Pendidikan
Pranata pendidikan memiliki aturan dan disiplin baku yang bertujuan untuk mempersiapkan anak didiknya melalui pengajaran dan pendidikan ilmu pengetahuan. Dengan bekal pendidikan ilmu pengetahuan, seseorang diharapkan dapat menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan sehingga mampu berkompetisi dalam kehidupan, mampu berpikir secara ilmiah dan logis tentang segala sesuatu sehingga mampu memilah hal-hal yang baik dan buruk. Pranata pendidikan termasuk dalam basic institutions. Dengan pranata pendidikan, diharapkan hasil sosialisasi akan membentuk sikap mental yang cocok dengan kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang.
5. Pranata Politik
Pranata politik mengatur kehidupan berpolitik, dalam arti kehidupan berbangsa dan bernegara. Peran utama pranata politik adalah mengupayakan kehidupan masyarakat yang merdeka, adil, dan makmur, menjaga kehormatan hak-hak dan kewajiban warga negara, serta mengatur hubungan negara dengan negara lain dalam pergaulan internasional. Dalam pelaksanaannya, politik memiliki serangkaian aturan dan alat yang digunakan untuk menegakkan kedaulatan rakyat dan kedaulatan pemerintah melalui hukumhukum yang telah ditetapkan. Pelanggaran terhadap hukum-hukum tersebut dapat menyebabkan seseorang menerima sanksi.
LEMBAGA LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL
a. Lembaga kepolisian
Polisi merupakan aparat resmi pemerintah untuk menertibkan keamanan. Tugas-tugas polisi, antara lain memelihara ketertiban masyarakat, menjaga dan menahan setiap anggota masyarakat yang dituduh dan dicurigai melakukan kejahatan yang meresahkan masyarakat, misalnya pencuri, perampok dan pembunuh.
b. Pengadilan
Pengadilan lembaga resmi yang dibentuk pemerintah untuk menangani perselisihan atau pelanggaran kaidah di dalam masyarakat. Pengadilan memiliki unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-nsur yang saling berhubungan dengan pengadilan adalah hakim, jaksa dan pengacara. Dalam proses persidangan, jaksa bertugas menuntut pelaku untuk dijatuhi hukuman sesuai peraturan yanag berlaku. Hakim bertugas menetapkan dan menjatuhkan putusan berdasarkan data dan keterangan resmi yang diungkapkan di persidangan. Pengacara atau pembela bertugas mendampingi pelaku dalam memberikan pembelaan.
c. Tokoh adat
Tokoh adat adalah pihak ang berperan menegakkan aturan adat. Peranan tokoh adat adalah sangat penting dalam pengendalian sosial. Tokoh adat berperan dalam membina dan mengendalikan sikap dan tingkah laku warga masyarakat agar sesuai dengan ketentuan adat.
d. Tokoh agama
Tokoh agama adalah orang yang memiliki pemahaman luas tentang agama dan menjalankan pengaruhnya sesuai dengan pemahaman tersebut. Pengendalian yang dilakukan tokoh agama terutama ditujukan untuk menentang perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma agama.
e. Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakat adalah setiap orang yang memiliki pengaruh besar, dihormati, dan disegani dalam suatu masyarakat karena aktivitasnya, kecakapannya dan sifat-sifat tertentu yang dimilikinya.

PENYIMPANGAN SOSIAL

PENYIMPANGAN SOSIAL

PENGERTIAN
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
DEVIASI DAN KONFORMITAS
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
DEFINISI
James Vender Zender
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
Bruce J Cohen
Perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
Robert M.Z. Lawang
Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.
CIRI CIRI PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Paul B Horton penyimpangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
PENYIMPANGAN HARUS DAPAT DIDEFINISIKAN
Artinya penilaian menyimpang tidaknya suatu perilaku harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
PENYIMPANGAN BISA DITERIMA DAN BISA JUGA DITOLAK
Penyimpangan diterima misalnya orang genius adalah berbeda dengan dengan orang kebanyakan (berarti menyimpang!!) tetapi itu diterima masyarakat, bandar narkoba adalah juga menyimpang dari norma umum, tetapi penyimpangan ditolak.
PENYIMPANGAN RELATIF DAN PENYIMPANGAN MUTLAK
Penyimpangan relatif adalah hanya kadang kadang melakukan penyimpangan, penyimpangan mutlak berarti penyimpang tersebut memang sudah terlalu sering menyimpang. Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak, artinya perbedaannya ditentukan oleh frekuensi dan kadar penyimpangan.
PENYIMPANGAN TERHADAP BUDAYA NYATA ATAUKAH BUDAYA IDEAL
Trotoar idealnya adalah untuk pejalan kaki, tetapi nyatanya di berbagai kota besar dipergunakan para pedagang kaki lima dan bahkan kendaraan naik trotoar ketika lalu lintas padat. Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal, artinya budaya ideal adalah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan.
NORMA NORMA PENGHINDARAN
Ada sejumlah peraturan daerah yang melarang orang minum minuman keras sampai mabuk, tetapi toh tetap ada orang orang yang secara sembunyi sembunyi minum minuman keras sampai mabuk.
Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka.
PENYIMPANG SOSIAL BERSIFAT ADAPTIF
Penyimpangan sosial bersifat adaptif, artinya perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Sekarang ini telah biasa pekerjaan karakteristik laki laki dikerjakan kaum perempuan.
SIFAT SIFAT PENYIMPANGAN
Penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif, melainkan ada yang positif. Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.
PENYIMPANGAN POSITIF
Penyimpangan positif merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan menyimpang dari norma yang berlaku. Contoh seorang ibu yang menjadi tukang ojek untuk menambah penghasilan keluarga.
PENYIMPANGAN NEGATIF
Penyimpangan negatif merupakan tindakan yang dipandang rendah, melanggar nilai-nilai sosial, dicela dan pelakunya tidak dapat ditolerir masyarakat. Contoh pembunuhan, pemerkosaan, pencurian dan sebagainya.
JENIS JENIS PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Lemert (1951) Penyimpangan dibagi menjadi dua bentuk yaitu penyimpangan primer dan sekunder.
PENYIMPANGAN PRIMER
Penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi si pelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Contohnya: pengemudi yang sesekali melanggar lalu lintas.
PENYIMPANGAN SEKUNDER
Penyimpangan yang dilakukan secara terus menerus sehingga para pelakunya dikenal sebagai orang yang berperilaku menyimpang. Misalnya orang yang mabuk terus menerus. Contoh seorang yang sering melakukan pencurian, penodongan, pemerkosaan dan sebagainya.
Sedangkan menurut pelakunya, penyimpangan dibedakan menjadi penyimpangan individual dan penyimpangan kelompok.
PENYIMPANGAN INDIVIDUAL
Penyimpangan individual adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh: seseorang yang sendirian melakukan pencurian.
PENYIMPANGAN KELOMPOK
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap norma-norma masyarakat. Contoh geng penjahat.
SEBAB PERILAKU MENYIMPANG
PROSES SOSIALISASI TIDAK SEMPURNA
Penyimpangan sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan yang tidak pantas. Ini terjadi karena seseorang menjalani proses sosialisasi yang tidak sempurna dimana agen-agen sosialisasi tidak mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Contohnya seseorang yang berasal dari keluarga broken home dan kedua orang tuanya tidak dapat mendidik si anak secara sempurna sehinga ia tidak mengetahui hak-hak dan kewajibanya sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Perilaku yang terlihat dari anak tersebut misalnya tidak mengenal disiplin, sopan santun, ketaatan dan lain-lain.
SUBKEBUDAYAAN MENYIMPANG
Penyimpangan karena hasil proses sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Subkebudayaan adalah suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan. Unsur budaya menyimpang meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok yang bertentangan dengan tata tertib masyarakat. Contoh kelompok menyimpang diantaranya kelompok penjudi, pemakai narkoba, geng penjahat, dan lain-lain.
PROSES SOSIALISASI MENYIMPANG
Penyimpangan sebagai hasil proses belajar yang menyimpang. Proses belajar ini melalui interaksi sosial dengan orang lain, khususnya dengan orang-orang berperilaku menyimpang yang sudah berpengalaman. Penyimpangan inipun dapat belajar dari proses belajar seseorang melalui media baik buku, majalah, koran, televisi dan sebagainya.
TEORI TEORI PENYIMPANGAN
Penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat dapat dipelajari melalui berbagai teori, diantaranya sebagai berikut.
TEORI LABELING
Menurut Edwin M. Lemert, seseorang menjadi orang yang menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap dan merk yang ditujukan oleh masyarakat ataupun lingkungan sosialnya. Mula-mula seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary deviation) yang mengakibatkan ia menganut gaya hidup menyimpang (deviant life style) yang menghasilkan karir menyimpang (deviant career).
TEORI DIFERENSIASI ASOSIASI
Menurut Edwin H. Sutherland, agar terjadi penyimpangan seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya menjadi seorang yang menyimpang. Pengajaran ini terjadi akibat interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain yang berperilaku menyimpang.
TEORI ANOMI
Robert K. Merton menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang diapakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya, yaitu:
Konformitas
Konformitas adalah sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional.
Inovasi
Inovasi adalah sikap seseorang menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nlai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
Ritualisme
Ritualisme adalah sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
Retreatisme
Retreatisme adalah sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupaun cara-cara mencapai tujuan yang telah menajdi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Pemberontakan (Rebellion)
Pemberontakan adalah sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru.
BENTUK BENTUK PERILAKU MENYIMPANG
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
Merupakan bentuk penyelewengan terhadap nilai, norma sosial dan agama. Dampak negatif yang ditimbulkan akan menyebabkan berkurangnya produktivitas seseorang selama pemakaian bahan-bahan tersebut bahkan dapat menyebabkan kematian.
Menurut Graham Baliane, ada beberapa penyebab seseorang remaja memakai narkoba, antara lain sebagai berikut:
1. Mencari dan menemukan arti hidup.
2. Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.
3. Menunjukkan tindakan menentang otoritas orang tua, guru, dan norma-norma sosial.
4. Membuktikan keberanianya dalam melakukan tindakan berbahaya seperti kebut-kebutan dan berkelahi.
5. Melepaskan diri dari kesepian.
6. Sekedar iseng dan didorong rasa ingin tahu.
7. Mengikuti teman-teman untuk menunjukkan rasa solidaritas
8. Menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup.
9. Mengisi kekosongan, kesepian, dan kebosanan.
PENYIMPANGAN SEKSUAL
Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang tidak lazim dilakukan. Penyebab penyimpangan seksual antara lain adalah pengaruh film-film porno, buku dan majalah porno. Contoh penyimpangan seksual antara lain sebagai berikut:
1. Perzinahan yaitu hubungan seksual di luar nikah.
2. Lesbian yaitu hubungan seksual yang dilakukan sesama wanita.
3. Homoseksual adalah hubungan seksual yang dilakukan sesama laki-laki.
4. Pedophilia adalah memuaskan kenginan seksual dengan menggunakan kontak seksual dengan anak-anak.
5. Gerontophilia adalah memuaskan keinginan seksual dengan orang tua seperti kakek dan nenek.
6. Kumpul kebo adalah hidup seperti suami istri tanpa nikah.
ALKOHOLISME
Alkohol disebut juga racun protoplasmik yang mempunyai efek depresan pada sistem syaraf. Orang yang mengkonsumsinya akan kehilangan kemampuan mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Sehingga seringkali pemabuk melakukan keonaran, perkelahian, hingga pembunuhan.
KENAKALAN REMAJA
Gejala kenakalan remaja tampak dalam masa pubertas (14 – 18 tahun), karena pada masa ini jiwanya masih dalam keadan labil sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan yang negatif. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut.
1. Lingkungan keluargayang tidak harmonis.
2. Situasi yang menjemukan dan membosankan.
3. Lingkungan masyarakat yang tidak menentu bagi prospek kehidupan masa mendatang, seperti lingkungan kumuh dan penuh kejahatan.
Contoh perbuatan kenakalan seperti pengrusakan tempat/fasilitas umum, penggunaan obat terlarang, pencurian, perkelahian atau tawuran dan lain sebagainya. Salah satu bentuk tawuran tersebut adalah tawuran pelajar. Tawuran pelajar berbeda dengan perkelahian biasa. Tawuran pelajar dapat digolongkan sebagai patologi (penyakit) karena sifatnya yang kompleks dengan penyebab dan akibat yang berbeda-beda.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
FAKTOR DARI DALAM (INTRINSIK)
INTELGENSI
Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan intelegensi ini berpengaruh dalam daya serap terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis. Contohnya, ada kecenderungan dalam kehidupan sehari, anak-anak yang memiliki nilai jelek akan merasa dirinya bodoh. Ia akan merasa minder dan putus asa.Dalam keputusasaannya tersebut, tidak jarang anak yang mengambil penyelesaian yang menyimpang. Ia akan melakukan segala cara agar nilainya baik, seperti menyontek.
JENIS KELAMIN
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak perempuan.Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan, jika terdapat satu anak laki-laki biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.
UMUR
Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya.Namun demikian, kadang kita jumpai penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya seperti anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.
KEDUDUKAN DALAM KELUARGA
Dalam keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak tertua merasa dirinya paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh kakak-kakaknya maupun orang tuanya.Jadi, susunan atau urutan kelahiran kadang akan menimbulkanpola tingkah laku dan peranan dari fungsinya dalam keluarga.
FAKTOR DARI DALAM (EKSTRINSIK)
PERAN KELUARGA
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya. Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.
PERAN MASYARAKAT
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan keluarga akhirnya berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini merupakan awal dari sebuah petaka masa depan seseorang, jika di luar rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.
Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai subkebudayaan menyimpang. Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya hidup mengandalkan dari usaha prostitusi, maka anak-anak di dalamnya akan menganggap prostitusi sebagai bagian dari profesi yang wajar. Demikian pula anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum minuman keras, maka akan membentuk sikap dan pola perilaku menyimpang.
PERGAULAN
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut. Misalnya di suatu kelas ada anak yang mempunyai kebiasaan memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain yang menirunya dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
MEDIA MASSA
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat memengaruhi perkembangan perilaku individu.
Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan perilaku menyimpang.
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
KETIDAKSANGGUPAN MENYERAP NORMA NORMA KEBUDAYAAN
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
PROSES BELAJAR YANG MENYIMPANG
Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
KETEGANGAN ANTARA KEBUDAYAAN DAN STRUKTUR SOSIAL
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
IKATAN SOSIAL YANG BERLAINAN
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
AKIBAT SOSIALISASI NILAI NILAI SUB KEBUDAYAAN MENYIMPANG
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang,

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

PENGERTIAN
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
JENIS SOSIALISASI
Jenisa sosialisasi ada sosialisasi primer dan sekunder
SOSIALISASI PRIMER
Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga. Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
SOSIALISASI SEKUNDER
Adalah sosialisasi yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.
TIPE SOSIALISASI
Ada dua tipe sosialisasi yaitu sosialisasi formal dan informal
SOSIALISASI FORMAL
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
SOSIALISASI NFORMAL
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
POLA SOSIALISASI
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
SOSIALISASI REPRESIF
Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan.
CIRI SOSIALISASI REPRESIF
1. Penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan.
2. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
3. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
SOSIALISASI PARTISIPATORIS
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
PROSES SOSIALISASI MENURUT GEORGE HERBERT MEAD
TAHAP PERSIAPAN (PREPARATORY STAGE)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
TAHAP MENIRU (PLAY STAGE)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
TAHAP SIAP BERTINDAK (GAME STAGE)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
TAHAP PENERIMAAN NORMA KOLEKTIF (GENERALIZED STAGE/GENERALIZED OTHER)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
TEORY LOOKING GLASS SELF CHARLES HORTON COOLEY
Menurut Charles H. Cooley sosialisasi adalah proses pembentukkan diri (self) Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
TIGA TAHAPAN LOOKING GLASS SELF
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Contoh: Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Contoh:Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut. Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.
AGEN SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
KELUARGA
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
TEMAN SEBAYA
Teman sebaya sering disebut teman bermain, teman sepergaulan pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peran orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
LEMBAGA PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
MEDIA MASSA
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh:
1. Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
2. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
3. Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
AGEN SOSIALISASI LAINNYA
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
DUA TUJUAN DASAR SOSIALISASI
1. Memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat
2. Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat – karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu. Contohnya, masyarakat Sunda, Jawa, Batak, dsb. akan lenyap manakala satu generasi tertentu tidak mensosialisasikan nilai-nilai kesundaan, kejawaan, kebatakan kepada generasi berikutnya.
SYARAT SOSIALISASI
Agar dua hal di atas dapat berlangsung maka ada beberapa kondisi yang harus ada agar proses sosialisasi terjadi. Pertama adanya warisan biologikal, dan kedua adalah adanya warisan sosial.
WARISAN KEMATANGAN BIOLOGIS
Warisan biologis yang merupakan kekuatan manusia, memungkinkan dia melakukan adaptasi pada berbagai macam bentuk lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan manusia bisa memahami masyarakat yang senantiasa berubah, sehingga lalu dia mampu berfungsi di dalamnya, menilainya, serta memodifikasikannya.
WARISAN SOSIAL LINGKUNGAN YANG MENUNJANG
Sosialisasi juga menuntut adanya lingkungan yang baik yang menunjang proses tersebut, di mana termasuk di dalamnya interaksi sosial. Kasus di bawah ini dapat dijadikan satu contoh tentang pentingnya lingkungan dalam proses sosialisasi. Susan Curtiss (1977) menaruh minat pada kasus anak yang diisolasikan dari lingkungan sosialnya. Pada tahun 1970 di California ada seorang anak berusia tigabelas tahun bernama Ginie yang diisolasikan dalam sebuah kamar kecil oleh orang tuanya. Dia jarang sekali diberi kesempatan berinteraksi dengan orang lain. Kejadian ini diketahui oleh pekerja sosial dan kemudian Ginie dipindahkan ke rumah sakit, sedangkan orang tuanya ditangkap dengan tuduhan melakukan penganiayaan dengan sengaja. Pada saat akan diadili ternyata ayahnya bunuh diri. Ketika awal berada di rumah sakit, kondisi Ginie sangat buruk. Dia kekurangan gizi, dan tidak mampu bersosialisasi. Setelah dilakukan pengujian atas kematangan mentalnya ternyata mencapai skor seperti kematangan mental anak-anak berusia satu tahun. Para psikolog, akhli bahasa, akhli syaraf di UCLA (Universitas California) merancang satu program rehabilitasi mental Ginie. Empat tahun program tersebut berjalan ternyata kemajuan mental Ginie kurang memuaskan. Para akhli  tersebut heran mengapa Ginie mengalami kesukaran dalam memahami prinsip tata bahasa, padahal secara genetis tidak dijumpai cacat pada otaknya. Sejak dimasukan ke rumah sakit sampai dengan usia dua puluh tahun, Ginie dilibatkan dalam lingkungan yang sehat, yang menunjang proses sosialisasi. Hasilnya, lambat laun Ginie mulai bisa berpartisipasi dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian lain dilakukan oleh Rene Spitz (1945). Dia meneliti bayi-bayi yang ada di rumah yatim piatu yang memperoleh nutrisi dan perawatan medis yang baik namun kurang memperoleh perhatian personal. Ada enam perawat yang merawat empat puluh lima bayi berusia di bawah delapan belas bulan. Hampir sepanjang hari, para bayi tersebut berbaring di dalam kamar tidur tanpa ada “human-contact”. Dapat dikatakan, bayi-bayi tersebut jarang sekali menangis, tertawa, dan mencoba untuk bicara. Skor tes mental di tahun pertama sangat rendah, dan dua tahun kemudian penelitian lanjutan dilakukan dan ditemukan di atas sepertiga dari sembilan puluh satu anak-anak meninggal dunia. Dari
apa yang ditemukannya, Spitz menarik kesimpulan bahwa kondisi lingkungan fisik dan psikis seorang bayi pada tahun pertama sangat mempengaruhi pembentukan mentalnya. Bayi pada saat itu sangat memerlukan sentuhan-sentuhan yang memunculkan rasa aman – kehangatan, dan hubungan yang dekat dengan manusia dewasa – sehingga bayi dapat tumbuh secara normal  di usia-usia selanjutnya.
APA YANG DISOSIALISASIKAN?
Apa yang disosialisasikan ? : Budaya . Anak dilahirkan dalam dunia sosial. Mereka merupakan anggota baru di dunia tersebut. Dari kacamata masyarakat, fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya agar mereka dapat segera dapat berpartisipasi di dalamnya. Berdasarkan pengalaman yang kita miliki, banyak aspek-aspek kehidupan kita relatif stabil dan bisa diprediksi. Jalan-jalan yang cenderung padat di pagi hari, orang berlibur di akhir pekan,  anak-anak usia enam tahun mulai bersekolah, tata letak bangunan fisik suatu kota – ada alun-alun, pusat
perbelanjaan, terminal bis, dsb., makan tiga kali dalam satu hari. Kesemua perilaku masyarakat tadi sudah membentuk satu pola perilaku umum yang secara teratur terjadi setiap hari. Keteraturan yang relatif stabil tersebut mengembangkan satu pola interaksi sebagai satu bentuk dari budaya. Budaya atau kebudayaan adalah keseluruhan hal yang yang diciptakan oleh unit-unit sosial di mana setiap anggota unit sosial tersebut memberikan makna yang relatif sama pada hal-hal tadi; keyakinannya, nilai, norma, pengetahuan, bahasa, pola interaksi, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan sarana fisik, seperti bangunan, mobil, baju, buku.
KOMPONEN UNSUR BUDAYA YANG DISOSIALISASIKAN ADALAH NILAI DAN NORMA SOSIAL
Nilai adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau kelompok sehingga mengikatnya dan lalu sangat berpengaruh pada perilakunya. Nilai berkaitan dengan gagasan tentang baik dan buruk, yang dikehendaki dan yang tak dikehendaki. Nilai membentuk norma, yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sanksi negatif dan positif. Norma sendiri ada berbagai tingkatan , yaitu adat istiadat (folkways) – cara makan, cara berpakaian, – anggota yang tidak melaksanakannya “hanya” kena sanksi sosial mis : dianggap aneh, “nyleneh”;  “mores” – aturan bisa tidak tertulis namun sanksinya relatif berat  – misalnya telanjang bulat di depan kelas akan dianggap gila ;  dan hukum (laws) – aturannya tertulis dan perlanggarnya bisa diperjarakan. Selain nilai dan norma, satu unsur budaya lainnya adalah peran. Peran atau peranan adalah seperangkat harapan atau tuntutan kepada seseorang untuk menampilkan perilaku tertentu karena orang tersebut menduduki suatu status sosial tertentu.
BAGAIMANA CARA MENSOSIALISASIKAN BUDAYA
Sosialisasi melibatkan proses pembelajaran . Pembelajaran tidak sekedar di sekolah formal, melainkan berjalan di setiap saat dan di mana saja. Yang dimaksud dengan belajar atau pembelajaran adalah modifikasi perilaku seseorang yang relatif permanen yang diperoleh  dari pengalamannya di dalam lingkungan sosial/ fisik. Seseorang selalu mengucapkan salam pada saat bertemu orang lain yang dikenalnya; perilaku tersebut merupakan hasil belajar yang diperoleh dari lingkungan di mana dia dibesarkan. Demikin pula seorang yang suka makan “jengkol/jering”, mereka belajar dari lingkungannya.
TIGA TEORI YANG BERKAITAN DENGAN SOSIALISASI
1. Teori Pembelajaran (social learning theory)
2. Teori perkembangan individu (developmental theory)
3. Teori interaksi simbolis (symbolic interaction theory).
TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
Berdasarkan teori pembelajaran sosial, pembelajaran terjadi melalui dua cara. (1) dikondisikan, dan (2) meniru perilaku orang lain.
SOSIALISASI YANG DIKONDISIKAN
Tokoh utama pendekatan pertama adalah B.F. Skinner (1953), yang terkenal dengan konsep operant conditioning – Berdasarkan berbagai percobaan melalui tikus dan merpati, Skinner memperkenalkan konsepnya tersebut. Perilaku  yang sekarang ditampilkan merupakan hasil konsekuensi positif atau negatif dari perilaku yang sama sebelumnya. Seorang anak rajin belajar karena  memperoleh hadiah dari orang tuanya. Seorang murid yang mempeoleh nilai baik, dipuji-puji di depan orang banyak. Memuji, memberi imbalan, merupakan cara untuk memunculkan bentuk perilaku tertentu. Memarahi, memberi hukuman, merupakan cara untuk menghilangkan perilaku tertentu. Dengan demikian jika generasi awal ingin melestarikan berbagai bentuk perilaku kepada generasi sesudahnya, maka kepada setiap perilaku yang dianggap perlu dilestarikan harus diberikan imbalan. Seorang anak diminta berdoa sebelum makan, dan setelah selesai berdoa, orang tuanya memujinya.
SOSIALISASI YANG MENIRU PERILAKU ORANG LAIN
Pendekatan ini dikenal dengan nama “observational learning”. Tokoh di balik konsep tersebut adalah Albert Bandura. Inti perndekatan ini adalah bahwa perilaku seseorang diperoleh melalui proses peniruan perilaku orang lain. Individu meniru perilaku orang lain karena konsekuensi yang diterima oleh orang lain yang menampilkan perilaku tersebut positif, dalam pandangan individu tadi. Jika kita ingin mensosialisasikan hidup secara teratur, disiplin, maka caranya adalah memberikan contoh. Di samping itu bisa juga menciptakan model yang layak untuk ditiru.
TEORI PERKEMBANGAN INDIVIDU
Berdasarkan teori-teori perkembangan, pembelajaran , sosialisasi di tahap awal melibatkan serangkaian tahapan. Setiap tahap akan memunculkan bentuk perilaku tertentu dan setiap manusia perilakunya berkembang melalui tahapan yang sama. Misalnya, tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Ericson (1950), ada delapan tahapan.
1. Tahap pertama pengembangan rasa percaya pada lingkungan
2. Tahap kedua pengembangan kemandirian
3. Tahap ketiga pengembangan inisiatif
4. Tahap keempat pengembangan kemampuan psikis dan pisik
5. Tahap kelima pengembangan identitas diri. Kelima tahapan tersebut terjadi pada saat sosialisasi di masa kanak-kanak.
6. Tahap keenam merupakan pengembangan hubungan dengan orang lain secara intim
7. Tahap ketujuh pengembangan pembinaan keluarga/keturunan
8. Tahap kedelapan pengembangan penerimaan kehidupan.
CONTOH PROES TAHAPAN:
Interaksi dengan manusia lain dalam proses sosialisasi merupakan satu keharusan. Interaksi senantiasa mengandalkan proses komunikasi, dan salah satu alat komunikasi adalah bahasa. Kapasitas seseorang berbahasa dipengaruhi oleh akar biologis yang sangat dalam, namun  pelaksanaan kapasitas tersebut sangat ditentukan oleh lingkungan budaya di mana kita dibesarkan. Berdasarkan teori perkembangan ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahap pertama adalah di tahun pertama, yaitu tahapan sebelum seorang anak berbahasa (prelinguistic stage). Disebut sebagai “sebelum berbahasa” karena bunyi yang dikeluarkan belum disebut kata-kata. Misalnya : “a-a-a-a, det-det-det, ga-ga-ga, “. Tahap kedua adalah tahap di mana anak sudah mulai belajar berjalan (toddlers). Mulai belajar bicara, misalnya “tu-tu” untuk kata “itu”; “dul” untuk kata “tidur”, “mi-mi” untuk kata “minum”, dst.  Di samping bahasa verbal, dalam tahapan itu juga, anak juga sudah mulai menggunakan bahasa nonverbal (body language). Menganggukan kepala untuk mengatakan ya, menunjuk dengan jari untuk mengatakan itu, dsb.  Tahap ketiga : sebelum masuk sekolah. Anak sudah bisa bicara dengan kata-kata dan struktur bahasa yang sederhana. dan terbatas pada apa yang diajarkan oleh keluarga. Tahap berikutnya terjadi setelah anak mulai sekolah. Dalam tahapan ini anak memperoleh perbendaharaan kata yang lebih banyak. Mereka juga belajar menyusun kata-kata secara lebih benar sesuai dengan ejaan yang secara umum digunakan oleh masyarakat luas.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIS
Asal teori ini dari disiplin sosiologi, yaitu satu teori yang memusatkan pada kajian tentang bagaimana individu menginterpretasikan dan memaknakan interaksi-interaksi sosialnya. Di dalam teori ini ditekankan bagaimana peran aktif seorang anak dalam sosialisasi. Sejak masa kanak-kanak, kita belajar mengembangkan kemampuan diri (mengevaluasi diri, memotivasi diri, mengendalikan diri). Menurut Herbert Mead (1934) ada tiga proses tahapan pengembangan diri yang memungkinkan seorang anak menjadi mampu berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial (sudah dibahas di atas).

INTERAKSI SOSIAL

INTERAKSI SOSIAL

PENDAHULUAN
1. Interaksi sosial adalah hubungan manusia yang berdasarkan norma dan nilai sosial.
2. Interaksi sosial manusia terjadi karena manusia makhluk sosial.
3. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.
CIRI CIRI INTERAKSI SOSIAL
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri – ciri interaksi sosial, antara lain (p. 23) :
1. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
2. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
3. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
4. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
SYARAT INTERAKSI SOSIAL ADALAH KONTAK SOSIAL DAN KOMUNIKASI
KONTAK SOSIAL
Kata “kontak” (Inggris: “contact”) berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab
orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
SIFAT KONTAK SOSIAL
POSITIF: Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama
NEGATIF: Kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik
PRIMER: Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan.
SEKUNDER: Kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke
rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung.
KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan.
LIMA UNSUR KOMUNIKASI
1. KOMUNIKATOR
yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
2. KOMUNIKAN
yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
3. PESAN
yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
4. MEDIA
yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
5. EFEK
yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
TIGA TAHAP PENTING KOMUNIKASI ADALAH ENCODING, PENYAMPAIAN DAN DECODING
ENCODING
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang
membingungkan komunikan.
PENYAMPAIAN
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
DECODING
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
FAKTOR DASAR TERBENTUKNYA INTERAKSI
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.
IMITASI
Imitasi: atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk
melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif,  kecerdasan buatan, studi
hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya.
IDENTIFIKASI
Identifikasi: adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu
dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar supaya
nanti mengenalinya mudah.
SUGESTI
Sugesti: adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
MOTIVASI
Motivasi: yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa.
SIMPATI
Simpati: adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga memunculkan emosional yang mampu merasakan orang yang terkena musibah tersebut.
EMPATI
Empati: yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.
PROSES SOSIAL DALAM INTERAKSI SOSIAL
Gillin & Gillin mengatakan bahwa Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut.
BENTUK BENTUK INTERAKSI
INTERAKSI YANG ASOSIATIF: kerjasama, akomodasi, asimilasi, akulturasi
INTERAKSI YANG DISOSIATIF: persaingan, kontravensi, konflik
KERJASAMA
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
KERJASAMA (COOPERATION) dibedakan lagi menjadi:
1. kerjasama spontan (Spontaneous Cooperation), merupakan kerjasama serta merta
2. kerjasama langsung (Directed Cooperation), merupakan hasil perintah atasan/ penguasa
3. kerjasama kontrak (Contractual Cooperation), merupakan kerjasama atas dasar tertentu
4. kerjasama tradisional (Traditional Coopertaion), merupakan bentuk kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem social
AKOMODASI
Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
ASIMILASI
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
AKULTURASI
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur – unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
PERSAIANGAN
Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
KONTRAVENSI
Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur – unsur
kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
KONFLIK
Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
BENTUK KONTRAVENSI MENURUT LEOPOLD VON WIESE
KONTRAVENSI UMUM
meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
KONTRAVENSI SEDERHANA
seperti menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, mencerca, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dst.
KONTRAVENSI INTENSIF
penghasutan, menyebarkan desas desus, mengecewakan pihak lain, dst.
KONTRAVENSI RAHASIA
umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain.
KONTRAVENSI TAKTIS
misalnya dalam kampanye parpol (pemilu) memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi, imtimidasi, dst.
BENTUK BENTUK KERJASAMA
BARGAINING
Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian tentang pertukaran barang/ jasa antara 2 organisasi atau lebih.
KOOPTASI
Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari adanya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
KOALISI
Koalisi, yaitu kombinasi antara 2 organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
JOINT VENTURE
Join-Venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalkan pemboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan.
BENTUK BENTUK AKOMODASI
Coercion, Compromise, Arbitration, Mediation, Conciliatiion, Toleration, Stalemate, Ajudication
COERCION
Coercion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Pelaksanaannya, secara fisik (secara langsung) dan secara psikologi (secara tidak langsung). Contoh: perbudakan, interaksi sosialnya didasarkan pada penguasaan majikan atas budak-budaknya.
COMPROMISE
Compromise, yaitu suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang dasar.
ARBITRATION
Arbitration, yaitu suatu cara untuk mencapai compromise, jika pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri (biasanya melalui pihak ke-3 yang kedudukannya lebih tinggi dari 2 pihak yang bertentangan).
MEDIATION
Mediation, yaitu hampir mirip arbitration, tapi pihak ke-3, kedudukannya hanya sebagai penasehat belaka dan tidak punya wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
CONCILIATION
Concilitiation, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama (lebih lunak daripada coercion).
TOLERATION
Toleration (tolerant-participation), yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya, yang muncul secara tidak disadari/ direncanakan.
STALEMATE
Stalemate, yaitu suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangan, karena masing-masing pihak sudah tidak ada kemungkinan untuk maju atau mundur.
AJUDICATION
Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
HASIL HASIL AKOMODASI
1. Akomodasi dan integrasi masyarakat (menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru).
2. Menekan oposisi
3. Koordinasi pelbagai kepribadian yang berbeda
4. Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan yang baru atau keadaan yang berubah
FAKTOR PENDORONG ASIMILASI
PROSES ASIMILASI TIMBUK BILA ADA
1. kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2. orang-perorangan sebagai warga kelompok tersebut saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama
3. kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia masing-masing saling menyesuaikan diri
FAKTOR YANG MEMPERMUDAH TERJADINYA ASIMILASI
1. toleransi
2. kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. persamaan dalam unsure-unsur kebudayaan
6. perkawinan campuran (algamation)
7. adanya musuh bersama dari luar
FAKTOR YANG MENGHAMBAT TERJADINYA ASIMILASI
1. terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat (biasanya golongan minor)
2. kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
3. perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi
4. perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan tertentu/ kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan/ kelompok lainnya
5. perbedaan cirri-ciri badaniah/ warna kulit
6. in-group feeling yang kuat
7. jIka golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa
8. perbedaan kepentingan dan pertentangan pribadi

NILAI DAN NORMA SOSIAL

NILAI DAN NORMA SOSIAL

NILAI SOSIAL
PENGERTIAN NILAI SOSIAL
1. Nilai merupakan kumpulan sikap perasan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal mengenai baik buruk, benar salah, patut tidak patut, mulia hina, penting tidak penting.
2. Nilai sosial ada pada setiap kelompok masyarakat yang berhubungan dengan apa saja yang ada dalam kehidupan sosial. Tetapi menurut C. Kluckhohn semua nilai kebudayan masyarakat pada hakekatnya mengenali lima masalah pokok hidup manusia.
LIMA MASALAH POKOK KEHIDUPAN YANG BERKAITAN DENGAN NILAI NILAI
1. Nilai mengenai hakekat hidup manusia
2. Nilai mengenai hakekat karya manusia
3. Nilai mengenai hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4. Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5. Nilai mengenai hakekat hubungan manusia dengan manusia
DEFISINISI NILAI SOSIAL
Nilai sosial adalah asumsi abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan penting (Kimball Young).
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek (A.W. Green).
Nilai sosial merupakan petunjuk petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari hari (Woods).
KLASIFIKASI NILAI SOSIAL
TIGA MACAM NILAI MENURUT PROF. NOTONEGORO
1. Nilai Material: nilai benda yg berguna
2. Nilai Vital: nilai sesuatu yg berguna utk mengadakan aktivitas atau kegiatan
3. Nilai Kerohanian: nilai yang berkaitan dengan rohani manusia
NILAI KEROHANIAN TERDIRI DARI
1. Nilai Kebenaran
2. Nilai Keindahan
3. Nilai Moral
4. Nilai Religius
NILAI SOSIL BERDASAR INTENSITASNYA
1. Nilai mendarah daging
2. Nilai dominan
CIRI NILAI DOMINAN:
1. Dianut oleh sebagian besar masyarakat
2. Dipakai dalam kurun waktu panjang
3. Memiliki pengaruh kuat dalam kehidupan sosial
4. Terbentuknya nilai nilai diperjuangkan dan dipertahankan dengan gigih
5. Dirumuskan dan dikomunikasikan oleh  individu yang memiliki prestise tinggi
NILAI SOSIAL BERDASAR PENERAPANNYA
1. Nilai sosial: solidaritas, gotong royong
2. Nilai kesopanan: bebricara, berpakaian
3. Nilai seni: visual, audio,audio visual
4. Nilai religius: penyembahan, keyakinan
5. Nilai ekonomi: produksi, distribusi, konsumsi
6. Nilai politik: pengaturan pembagian kekuasan
7. Nilai edukatif: formal, non formal, informal
8. Nilai budaya:  upacara adat
LATAR BELAKANG LAHIRNYA NILAI SOSIAL
1. Nilai sosial lahir dari kebutuhan pokok masyarakat yang memerlukan seperangkat ukuran untuk suatu suatu situasi kehidupan sosial.
2. Ukuran tersebut untuk menyebutnya berharga tidak berharga, baik, benar, dibolehkan, dilarang dsb.
3. Sistem nilai sosial yang langgeng akan menjadi sistem nilai budaya.
4. Berdasarkan nilai inilah (sistem yang abstrak inilah) dinamika kehidupan masyarakat berlangsung (terarah dan stabil)
CIRI CIRI NILAI SOSIAL
1. Tercipta melalui proses interaksi sosial
2. Ditransformasikan melalui proses belajar
3. Ukuran untuk memenuhi kebutuhan sosial
4. Berbeda beda untuk tiap tiap kelompok manusia
5. Dapat mempengaruhi individu sebagai anggota masyarakat
6. Mempunyai efek yang berbeda beda untuk tiap individu
PERAN NILAI SOSIAL
1. Alat penentu harga sosial
2. Mengarahkan cara berfikir dan bertingkah laku
3. Mendorong untuk mencapai tujuan
4. Alat solidaritas
SUMBER SUMBER NILAI SOSIAL
1. Tuhan
2. Masyarakat
3. Individu
NORMA SOSIAL
PENGERTIAN NORMA SOSIAL
Seperangkat aturan untuk mengatur suatu aktivitas
Pada dasarnya norma adalah nilai nilai sosial, tetapi nilai nilai sosial yang isinya pengaturan dan pemberian sanksi.
FUNGSI NORMA SOSIAL
1. Mengatur kehidupan bersama agar tertib dan teratur
2. Alat pengendalian sosial yang efektif
3. Pemelihara nilai nilai sosial
4. Ukuran menilai perbuatan
5. Pedoman untuk melakukan aktivitas atau kegiatan
CIRI CIRI NORMA SOSIAL
1. Tidak tertulis
2. Hasil kesepakatan masyarakat
3. Ditaati oleh warga masyarakat
4. Pelanggarnya mendapat sanksi
5. Berubah menyesuaikan perkembangan
TINGKATAN NORMA
1. Usage
2. Folkways
2. Mores
Fungsi mores:
1. Memberi batasan perilaku
2. Mendorong setiap orang menyesuaikan tindakan dengan tata kelakuan
3. Membentuk solidaritas
KLASIFIKASI NORMA
NORMA UMUM
1. Norma moral
2. Norma kesopanan
3. Norma hukum
4. Norma kelaziman
5. Norma kesusilaan
6. Norma kebiasaan
NORMA KHUSUS
1. Pranata keluarga
2. Pranata ekonomi
3. Pranata politik
4. Pranata pendidikan
5. Pranata agama
6. Pranata ilmiah
7. Pranata keindahan
8. Pranata fisik
PELANGGARAN NILAI DAN NORMA SOSIAL
Perilaku Pelanggaran Nilai dan Norma Sosial
1. Kejahatan: pemerkosaan, pemukulan, pemerkosaan, penodongan
2. Penyimpangan seksual: perzinahan, homoseksual, pelacuran
3. Konsumsi berlebihan: alkoholic, pecandu narkoba, morfinis
4. Penyimpangan gaya hidup: penjudi profesional, geng-geng mafia
SOLUSI PELANGGARAN NILAI DAN NORMA SOSIAL
1. Mempertebal keyakinan masyarakat akan kebaikan norma
2. Memberi ganjaran yang taat
3. Mengembangkan rasa malu
4. Mengembangkan rasa takut

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU DAN METODE

SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU DAN METODE

SEJARAH ILMU SOSIOLOGI
Sosiologi lahir sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, baru muncul pada abad ke-19, yang dipopulerkan oleh seorang filosof Prancis yang bernama Auguste Comte (1798–1857). Di dalam bukunya Course De Philosophie Positive, ia menjelaskan bahwa untuk mempelajari masyarakat harus melalui urutan-urutan tertentu, yang kemudian akan sampai pada tahap akhir yaitu tahap ilmiah. Dengan demikian, Comte merintis upaya penelitian terhadap masyarakat. Atas jasanya memperkenalkan istilah sosiologi maka Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi. Ia mengkaji sosiologi secara sistematis, sehingga sosiologi terlepas dari ilmu filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan
abad ke-19.
SAMBUTAN TERHADAP GAGASAN COMTE
Gagasan Comte mendapat sambutan luas, terbukti dengan munculnya sejumlah ilmuwan di bidang sosiologi. Mereka antara lain, Pitirim A. Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George Simmel, dan Max Weber.
Herbert Spencer
Memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
Karl Marx
Memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antarkelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
Emile Durkheim
Memperkenalkan fakta sosial, yang berupa penelusuran fungsi berbagai elemen sosial sebagai peningkatan sekaligus memelihara keteraturan sosial.
Max Weber
Memperkenalkan pendekatan tindakan sosial, yang berupa menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang menjadi penuntun perilaku masyarakat. Secara umum, pendekatan yang dikemukakan para ilmuwan sosiologi pada abad ke-19 cenderung makro (luas). Bagi mereka, perubahan masyarakat dapat diramalkan dari ciri khas masyarakat itu sendiri. Karakteristik suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku warganya beserta perubahan sosial yang akan terjadi. Pendekatan makro (luas) mendapat kritikan dari para ilmuwan sosiologi abad ke-20.
ABAD KE 20 DAN PERKEMBANGAN SOSIOLOGI MIKRO
Pada abad ke-20 terjadi migrasi besar-besaran ke Amerika Utara tepatnya Amerika Serikat dan Kanada. Hal itu menyebabkan pertumbuhan penduduk sangat cepat, munculnya kota-kota industri
lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar, kriminalitas, sampai tuntutan emansipasi wanita. Akibat dari itu semua, perubahan masyarakat yang mencolok pun tak terhindarkan. Perubahan masyarakat itulah yang mendorong para ilmuwan mencari pendekatan sosiologi baru, karena pendekatan makro sudah tidak sesuai dengan keadaan masyarakat modern. Untuk itu maka lahirlah sosiologi modern. Pendekatan sosiologi modern cenderung mikro atau sering disebut dengan pendekatan empiris. Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.
Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Mulai saat itu disadari betapa pentingnya penelitian dalam sosiologi.
ISTILAH SOSIOLOGI DAN DEFINISI
Istilah Sosiologi menurut Auguste Comte berasal dari bahasa Yunani (latin). Sosiologi berasal dari kata socius yang artinya teman atau sesama dan  logos  berarti cerita. Jadi menurut arti katanya sosiologi berarti cerita tentang teman atau kawan (masyarakat). Sebagai ilmu, sosiologi merupakan sebuah pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain. Berikut ini beberapa definisi tentang sosiologi.
Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala moral).
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (gejala geografis, biologis).
William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
J. A. A. Von Dorn dan C. J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan tindakan sosial.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
Hassan Shadily
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuknya hidup bersama serta perubahannya, perserikatan hidup, kepercayaan, dan keyakinan.
Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan kajian pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Soerjono Soekanto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Kesimpulan
Dari beberapa uraian para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tata hubungan dalam masyarakat, serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional empiris, bersifat umum dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.
CIRI CIRI SOSIOLOGI
Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi
sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.
Empiris
yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
Teoritis
yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
Komulatif
yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
Nonetis
yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi
lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
HAKEKAT SOSIOLOGI
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan.  Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.
Ilmu Sosial
Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Ilmu Normatif
Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
Ilmu Murni
Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan (applied science).
Ilmu Pengetahuan Abstrak
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
Menghasilkan Pengertian dan Pola Pola Umum
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Ilmu Pengetahuan Empiris
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.
Ilmu Pengetahuan Umum
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
OBJEK SOSIOLOGI
Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek Formal
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
METODE SOSIOLOGI
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos artinya cara atau jalan. Dalam perkembangannya, metode berarti cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu.
CIRI METODE
1. ada permasalahan yang akan dikaji atau diteliti;
2. ada hipotesis, yaitu kesimpulan yang bersifat sementara, yang harus dibuktikan terlebih dulu kebenarannya;
3. ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalahan dan hipotesis yang ada.
TEKNIK RISET SOSIOLOGI PAUL B. HORTON
Study Crossectional
Adalah suatu pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam suatu jangka waktu tertentu.
Studi Longitudinal
Adalah suatu studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan
atau serangkaian pengamatan sebelum dan sesudahnya.
Eksperimen Laboratorium
Dalam penelitian eksperimen laboratorium, subjek orang yang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau “laboratorium“ kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan sang peneliti kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan-kesimpulan.
Eksperimen Lapangan
Penelitian eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium di mana penelitian memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati hasilnya.
Penelitian pengamatan
Penelitian pengamatan hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian pengamatan peneliti tidak memengaruhi terjadinya suatu kejadian.
METODE SOSIOLOGI SOERJONO SOEKANTO
Menurut Soerjono Soekanto dalam sosiologi digunakan dua jenis metode untuk melakukan penelitian, metode tersebut metode kualitatif (historis, komparatif, studi kasus), dan metode kuantitatif.
Metode Kualitatif
Metode kualitatif, yaitu metode yang menggunakan cara kerja dengan menjabarkan hasil penelitian berdasarkan penelitian dan pemaknaan terhadap data yang diperoleh. Metode ini digunakan apabila data hasil penelitian tidak dapat diukur dengan angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat
eksak.
Metode historis
Metode historis adalah metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
Metode komparatif
Metode komparatif adalah metode pengamatan dengan membandingkan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidang untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat Indonesia pada masa lalu dan masa akan datang.
Metode studi kasus
Metode studi kasus adalah suatu metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok,
masyarakat setempat, lembaga lembaga maupun individu-individu. Alat-alat yang dipergunakan dalam studi kasus adalah: (1) wawancara (interview), (2) daftar pertanyaan (questionaire), (3) participant observasi technique, di mana pengamat ikut serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diamati.
Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif, yaitu metode yang digunakan peneliti dengan mengutamakan bahan-bahan penelitian keterangan dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks, tabel, dan formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Salah satu cara peneliti dalam metode kuantitatif adalah dengan polling
METODE LAINNYA
Selain kedua metode tersebut di atas masih ada beberapa metode yang digunakan dalam sosiologi, antara lain sebagai berikut.
Metode Deduktif
Metode deduktif yaitu metode yang dimulai dari hal-hal yang berlaku umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh: Siswa SMA B pintar-pintar, maka Budi siswa kelas X SMA B juga pintar.
Metode Induktif
Metode induktif yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh: Andi seorang siswa yang pintar dari kelas X1 SMA A, Dina seorang siswa yang pintar dari kelas X1 SMA A, Markus seorang siswa yang pintar dari kelas XII SMA A, maka kesimpulannya para siswa SMA A pintar-pintar.
Metode Empiris
Metode empiris yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat.
Metode Rasional
Metode rasional yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
Metode Fungsional
Metode fungsional yaitu metode yang dipergunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga sosial masyarakat dan struktur sosial masyarakat.
METODE SOSIOLOGI MENURUT ABU AHMADI
Menurut Abu Ahmadi, dalam sosiologi untuk menyelidiki sasarannya digunakan metode antara lain berikut ini.
Metode Histori
Historical method, yaitu suatu cara penelusuran terhadap kebudayaan serta struktur masyarakat yang telah lampau,untuk dijadikan contoh pada masa yang akan datang.
Metode Komparasi atau Perbandingan
Comparative method, yaitu suatu metode dengan membandingkan satu masyarakat dengan masyarakat lain, serta kelompok dengan kelompok lain, sehingga dapat ditarik garis-garis persamaan yang berlaku umum. Dari hal tersebut terdapat gambaran terhadap perkembangan berikutnya dalam
masyarakat.
Metode Statistik
Statistical method, yaitu metode untuk mengukur gejala-gejala sosial yang tampak secara kuantitatif kemudian diinterprestasikan ke dalam pemahaman umum.
Metode Studi Kasus
Case study method (survei) yaitu metode dengan menyelidiki peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar
kelompok masyarakat, maupun lembaga-lembaga tertentu untuk mendapatkan garis-garis pokok suatu peristiwa.
RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi. Misalnya seorang sosiologi mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat.
IDENTIFIKASI KAJIAN SOSIOLOGI
Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:
1. ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
2. masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
3. persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU MURNI DAN ILMU TERAPAN
Sebagai Ilmu Murni
Sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan murni karena sosiologi bertujuan untuk menggambarkan dan membentuk pengetahuan secara abstrak guna mempertimbangkan mutunya.
Sebagai Ilmu Terapan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan terapan karena sosiologi bertujuan mencari cara-cara penggunaan pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah praktis. Pembagian pengetahuan dapat dilihat antara lain seperti bagan berikut.
HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU LAIN
Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Antropologi
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat selalu berkebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan sangat erat. Masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi. Jika diibaratkan sosiologi merupakan tanah untuk tumbuhnya kebudayaan. Kebudayaan selalu bercorak sesuai dengan masyarakat. Masyarakat berhubungan dengan susunan serta proses hubungan antara manusia dan golongan. Adapun kebudayaan berhubungan dengan isi/corak dari hubungan antara manusia dan golongan. Oleh karena itu baik masyarakat atau kebudayaan sangat penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan keduanya berbeda.
Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Sejarah
Salah satu metode yang digunakan dalam sosiologi adalah metode historis. Dalam hal ini para sosiolog selalu memberikan persoalan sejarah kepada ahli sejarah sehingga ilmu sejarah dipengaruhi oleh perkembangan sosiologi. Oleh karena itu antara sejarah dan sosiologi mempunyai pengaruh timbal balik. Keduanya mempelajari kejadian dan hubungan yang dialami masyarakat/manusia. Sejarah mempelajari peristiwa masa silam, sejak manusia mengenal peradaban. Peristiwa-peristiwa itu kemudian dihubungkan satu sama lain sehingga diperoleh gambaran menyeluruh pada masa lampau serta mencari sebab terjadinya atau memperkuat tersebut. Selain itu, sosiologi juga memerhatikan masa silam, tetapi terbatas pada peristiwa yang merupakan proses kemasyarakatan dan timbul dari hubungan antarmanusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Politik
Ilmu politik mempelajari satu sisi kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan meliputi
upaya memperoleh kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, dan bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan. Istilah politik dalam hal ini berbeda dengan istilah politik yang digunakan sehari-hari, yaitu politik diartikan sebagai pembinaan kekuasaan negara yang bukan merupakan ilmu pengetahuan tetapi sebagai seni (art). Sosiologi memusatkan perhatiannya pada sisi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha mendapatkan pola-pola umum darinya.
Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam dengan keterbatasan barang dan jasa yang tersedia. Misalnya ilmu ekonomi berusaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dengan jumlah penduduk, serta mempelajari usaha menaikkan produksi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun sosiologi
mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Sosiologi mempelajari bagaimana manusia berinteraksi, bekerja sama, bersaing dalam upaya-upaya pemenuhan kebutuhan.
TOKOH TOKOH SOSIOLOGI
AUGUSTE COMTE
Auguste Marie Francois Xavier Comte (Auguste Comte). Auguste Comte merupakan salah satu tokoh pemikir andal di bidang sosiologi. Bukunya Course de Philosophie Positive, menjadikan Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi atau peletak dasar sosiologi. Pemikiran Auguste Comte yang dijadikan dasar pemikiran sosiologi antara lain berikut ini.
1. Membedakan sosiologi ke dalam statistika sosial dan dinamika sosial.
2. Pengembangan tiga tahap pemikiran manusia (tahap teologis, metafisis, dan positif) yang menjadi ciri perkembangan pengetahuan manusia dan masyarakat.
3. Gejala sosial dapat dipelajari secara ilmiah melalui metode metode pengamatan, percobaan, perbandingan dan sejarah.
4. Fakta kolektif historis dan masyarakat terikat pada hukum-hukum tertentu dan tidak pada kehendak manusia.
EMILE DURKHEIM
Emile Durkheim merupakan salah satu tokoh sosiologi yang dipengaruhi oleh tradisi pemikiran Prancis–Jerman. Durkheim termasuk salah satu peletak dasar-dasar sosiologi modern. Menurut Durkheim yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta sosial mengenai cara bertindak, berpikir, dan merasakan apa yang ada di luar individu dan memiliki daya paksa atas dirinya. Contoh fakta sosial menurut Durkheim antara lain hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian dan
kaidah ekonomi. Fakta-fakta sosial tersebut dapat mengendalikan dan memaksa individu karena individu yang melanggarnya akan diberi sanksi oleh masyarakat.
KARL MARX
Karl Marx lebih dikenal sebagai tokoh sejarah ekonomi daripada seorang sosiolog. Sebagai seorang penulis sosiologi sumbangan Marx terletak pada teori kelas. Marx berpendapat bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx, perkembangan pembagian kelas dalam ekonomi kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda,
yaitu:
1. kaum borjuis (kaum kapitalis) yaitu kelas yang terdiri dari orang-orang yang menguasai alat-alat produksi dan modal;
2. kaum proletar adalah kelas yang terdiri atas orang-orang yang tidak mempunyai alat produksi dan modal, sehingga dieksploitasi oleh kaum kapitalis.
Menurut Marx, pada suatu saat kaum proletar menyadari akan kepentingan bersama, sehingga mereka bersatu dan memberontak terhadap kaum kapitalis. Mereka menang dan dapat mendirikan masyarakat tanpa kelas.
MAX WEBER
Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi adalah tindakan sosial. Tindakan manusia disebut tindakan sosial apabila mempunyai arti subjektif. Tindakan itu dihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan diorientasikan kepada kesudahannya, yang termasuk dalam tindakan sosial bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia, seperti tukang kayu atau tindakan batiniah seperti bersemedi. Dalam analisis yang dilakukan Weber terhadap masyarakat, konflik menduduki tempat sentral. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan manusia. Manusia dapat mengubah sarana-sarana, objek, asas-asas atau pendukung-pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Konflik terletak pada dasar integrasi sosial maupun perubahan sosial. Hal ini terlihat nyata dalam politik (perjuangan demi mencapai kekuasaan) dan dalam persaingan ekonomi.
CHARLES HORTON COOLEY
Charles Horton Cooley mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat. Pada waktu manusia berada di bawah dominasi kelompok utama yaitu keluarga, kelompok sepermainan dan rukun tetangga, manusia
akan saling kenal antara warga-warganya serta kerja sama pribadi yang erat. Kerja sama yang bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu-individu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu juga menjadi tujuan kelompoknya.
LANGKAH UMUM DALAM PENELITIAN SOSIOLOGI
(1) Identifikasi Masalah
(2) Rumusan Masalah
(3) Merumuskan Hipotesa
(4) Memilih metode pengumpulan data
(5) Mengumpulkan data
(6) Menafsirkan data
(7) Menarik kesimpulan
AWAL SOSIOLOGI DI INDONESIA
Ada pada ajaran Mangkunegoro IV:  “Wulang Reh”
Ada pada ajaran KH Dewantara : kepemimpinan dan kekeluargaan dalam pendidikan
Soenario Kolopaking, untuk pertama kalinya member kuliah sosiologi (1948) pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta.
Buku sosiologi pertama diterbitkan, berjudul Sosiologi Indonesai oleh Djody Gondokusumo, memuat tentang beberapa pengertian elementer dari Sosiologi yang teoritis dan bersifat sebagai Filsafat.
MANFAAT SOSIOLOGI DALAM MASYARAKAT
Untuk Pembangunan misalnya pada tahap tahap:
Perencanaan dalam rangka menyiapkan Data sosial
Pelaksanaan dalam rangka mengidentifikasi Kekuatan sosial masyarakat
Evaluasi dalam rangka Analisis dampak sosial
Untuk Penelitian penelitian misalnya:
Menyajikan strategi penelitian sosial secara kualitatif dan kuantitatif
Data sosial terolah memudahkan perencanaan sosial dalam pembangunan
Mampu memberikan beberapa alternatif pendekatan yang tepat untuk perencanaan pembangunan
PERAN SOSIOLOGI SEBAGAI AHLI RISET
Menyajikan data dan fakta secara ilmiah, cara memperoleh data dan fakta dengan prosedur ilmiah
PERAN SOSIOLOGI SEBAGAI KONSULTAN KEBIJAKAN
Menganalisis efek kebijakan, strategi kebijakan
PERAN SOSIOLOGI SEBAGAI TEKNISI
Memberi advis sosial hubungan sosial, moral
PERAN SOSIOLOG SEBAGAI GURU ATAU PENDIDIK
Mengungkapkan fakta sosial, realitas sosial, secara netral, objektif, analitis
ndividu atas realitas sosial.
RANGKUMAN
1. Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa dan cenderung makro (luas), sedangkan
sosiologi modern muncul pada abad ke-20 dengan pendekatan mikro (khusus).
2. Sesudah Auguste Comte, lahir ilmuwan-ilmuwan yang mempelajari sosiologi antara lain: Herbert Spencer dengan pendekatan analogy organic, Karl Marx dengan pendekatan materialisme dialektis, Emile Durkheim dengan pendekatan fungsionalisme, Marx Weber dengan pendekatan vertehen (pemahaman). Pendekatan sosiologi ini cenderung makro.
3. Menurut Comte sosiologi berasal dari kata Latin Socius yang berarti teman dan kata Logos dari bahasa Yunani yang artinya cerita. Jadi sosiologi berarti bercerita tentang teman.
4. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tata hubungan dalam masyarakat, serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, bersifat umum dan dapat
dikontrol secara kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.
5. Ciri-ciri ilmu sosiologi adalah empiris, teoritis, komulatif, dan nonetis.
6. Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antarmanusia.
7. Objek formal sosiologi adalah lebih ditetapkan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat.
8. Soerjono Soekanto mengemukakan metode atau teknik yang digunakan dalam sosiologi:
(1) metode kualitatif, terdiri dari metode historis, komparatif dan studi kasus;
(2) metode kuantitatif, misalnya metode statistik.
9. Ruang lingkup atau objek kajian sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkungan masyarakat.